Hidayatullah.com—Seorang mahasiswa Saudi yang sedang melanjutkan pendidikan tingkat pascasarjana di Prancis menceritakan situasi saat kejadian serangkaian serangan di Paris baru-baru ini, yang menewaskan lebih dari 100 orang dan ratusan lainnya luka-luka.
Abdul Rahman El-Eshaiwi berada di barisan penonton pertandingan sepakbola persahabatan antara Jerman dan Prancis hari Jumat (13/11/2015) di Stade de France, yang juga dihadiri oleh Presiden Francois Hollande.
“Saya mendengar dua ledakan keras di paruh pertama pertandingan, namun pertandingan terus dilanjutkan,” kata El-Eshaiwi seperti dikutip Arab News Senin (16/11/2015).
“Tidak ada yang memberitahukan kepada kami apa yang terjadi, tetapi saya mendapat telepon yang mengkonfirmasi bahwa terjadi ledakan di luar stadion. Begitu pertandingan usai, serangan tersebut diumumkan di layar utama stadion, dan sejumlah pintu gerbang serta tempat parkir ditutup.”
Ketika itu, ketakutan mulai menjalar di kalangan penonton yang diperkirakan mencapai 80.000 orang. Mereka mulai berusaha menyelamatkan diri, kata El-Eshaiwi.
“Saat kami menyelamatkan diri, saya melihat beberapa orang bersenjata, membawa senjata-senjata berwarna putih. Tetapi saya tidak mendengar ada suara tembakan dan polisi Prancis menggiring orang-orang ke area aman.”
“Saya kemudian naik metro (kereta komuter di Prancis, red) dari stadion ke stasiun lain. Dan ketika kami tiba, kami mendengar polisi memerintahkan agar kami keluar dan pergi secepat-cepatnya. Kami mengikuti perintah mereka. Kami melihat toko-toko dan kafe-kafe tutup. Hotel-hotel juga menutup pintunya dan menolak orang masuk. Tidak ada taksi dan saya meminta seorang pengendara sepeda untuk mengantarkan saya ke rumah teman,” papar El-Eshaiwi.
“Saya tidak yakin jika [serangan] ini, seperti yang diklaim para teroris itu ‘Untuk Suriah’. Orang-orang Prancis memiliki simpati yang besar terhadap para pengungsi Suriah. Pemerintah mengambil langkah-langkah positif untuk pengungsi, termasuk menggalang bantuan dan donasi untuk mereka,” kata El-Eshaiwi.
Berbicara perihal situasi di Universitas Rouen, tempatnya menuntut ilmu saat ini, pemuda Saudi itu berkata, “Sejak pemerintah Prancis mengumumkan akan menerima pengungsi Suriah, para mahasiswa mulai menggalang dana untuk mereka. Sebagian mahasiswa bahkan menyeru pemerintah agar membuka pintu-pintu perbatasan untuk pengungsi.”
Atase Kebudayaan di Kedutaan Arab Saudi di Paris mengimbau agar mahasiswa-mahasiswa Saudi tetap tinggal di kediaman mereka hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Rangkaian serangan di Paris
Sejumlah serangan bersenjata terjadi di ibukota Prancis, Paris, hari Jumat malam (13/11/2015).
Laporan Euronews menyebutkan serangan terjadi sedikitnya di enam lokasi di Paris, melibatkan orang-orang bersenjata dan pelaku bom bunuh diri.
Pukul 9 malam, seorang pria bersenjata melepaskan tembakan ke arah bar Carillon sebelum memasukinya sambil terus melancarkan tembakan. Sementara itu serangan serupa terjadi di restoran Le Petit Cambodge (Kamboja Kecil) yang juga berada di jalan yang sama. Dalam kejadian itu sekitar 11 orang tewas.
Serangan berlanjut ke kedai pizza Casa Nostra yang berada di dekatnya, dengan korban sekitar enam orang.
Pukul 9:30 malam, seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan bom yang dibawanya di luar Stade de France, di mana tim nasional Prancis sedang bertanding melawan kesebelasan Jerman. Dua pelaku serangan lainnya dikabarkan tewas dalam serangan itu.
Menjelang pukul 10 malam, sebuah bar lainnya, La Belle Epoche, menjadi target aksi penembakan oleh dua pria bersenjata, yang melepaskan timah-timah panas ke arah pengunjung yang duduk santai di teras. Sedikitnya lima orang kehilangan nyawa di tempat itu.
Tak lama setelah pukul 11 malam, Presiden Francois Hollande menyatakan negara dalam keadaan darurat dan mengumumkan penutupan pintu-pintu di wilayah perbatasan.
Menjelang tengah malam, Polisi dikerahkan ke tempat pertunjukan musik di Bataclan, setelah ada laporan bahwa serangan masih berlanjut. Tiga orang dikabarkan meledakkan bom yang menempel di rompinya dan seorang pelaku lainnya tewas ditembak polisi. Jumlah korban di tempat itu lebih dari 112 orang.
Tengah malam, Presiden Hollande, PM Manuel Valls dan Mendagri Bernard Cazeneuve mengunjungi lokasi kejadian di Bataclan.
Keesokan paginya hari Sabtu (14/11/2015), kabar serangkaian serangan di ibukota negara Eropa yang paling banyak penduduk Muslimnya itu mulai menyebar ke seantero dunia. Sedikitnya 128 orang dinyatakan meninggal dunia, 180 orang terluka dan 80 orang dalam kondisi kritis. Korban serangan tidak hanya orang Prancis, tetapi juga orang dari negara-negara lain, termasuk negara Arab.*