Hidayatullah.com–Sebuah demonstrasi yang diorganisir dan diikuti oleh sebagian besar dari milisi Syiah Iraq yang mempunyai hubungan dengan Iran berlangsung di jalanan Kota Baghdad hari Sabtu lalu.
Mereka menolak keterlibatan pasukan Turki di utara Iraq dan meminta segera ditarik.
Para demonstran yang sebagian besar dihadiri oleh pemuda berseragam militer dan seragam setelan hitam, berkumpul di alun-alun di Tahrir Square, pusat Kota Baghdad.
Para wanita menggenakan pakaian tradisional abaya memakai slayer kuning di pundak mereka dan mengibarkan bendera kuning yang dihiasi grafik hijau – mengacu pada milisi Syiah terkemuka Khataib Huzballa-Iraq. Kelompok lain mengibarkan sebuah bendera putih sebagai simbol milisi Syiah – Asaib Ahl al-Haq. Sedangkan banyak demonstran lain hanya mengibarkan bendera Iraq dan membentangkan banner yang berisi tulisan, “Erdogan, seorang pencuri kekayaan tetangga” dan “Kedaulatan kami adalah martabat kami.”
Tak lupa para demonstran menyanyikan lagu dan yel-yel, “Dengan kesatuan kami, dengan darah kami. Kami akan melindungimu Iraq”
“(Aksi) Ini adalah pesan untuk pemerintah. Warga Iraq bisa melindungi tanah mereka dan mempertahankan kesatuan mereka,” ujar Hussein al-Saadi, seorang komandan milisi Syiah sambil mengibarkan benderan kecil Iraq sebagaimana diberitakan Middle East Eye [MEE], Ahad (13/12/2015).
Seperti diketahui, Turki mengirimkan sekitar 600 pasukan bersenjata berat hari Kamis menuju kamp di Ba’shiqa, sebuah kota dekat Mosul yang dikuasai IS.
Namun pemerintah Iraq menganggap tindakan ini sebagai “pelanggaran atas kedaulatan” dan mendesak otoritas Turki “segera menarik pasukan” dari wilayahnya.
Sementara itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan merespon demonstrasi tersebut pada konferensi pers, bahwa pasukannya dikirim menuju Iraq bagian utara untuk melatih pasukan Kurdi dan mengatakan bahwa penarikan pasukan “tidak mungkin dilakukan saat ini”. [Baca: Tentara Turki Ada di Mosul, Melatih Pasukan Kurdi Peshmerga dan Oposisi]
Menteri Iraq Haider al-Abadi mengeluarkan pernyataan yang disiarkan televisi setempat dengan mengatakan, “Iraq sedang berusaha dikuasai oleh seorang negara tetangga (Turki) dengan melakukan pelanggaran atas kedaulatannya, jadi kami mempunyai hak dan komitmen untuk menjalankan semua prosedur untuk mempertahankan kedaulatan dan kesatuan tanah Iraq,” ujar Abadi.
Demonstrasi ini diorganisir dan diikuti oleh milisi bersenjata Syiah yang mempunyai hubungan dengan Iran, termasuk Brigade Badr (Badar), Asaib Ahl al-Haq, Kataib Huzballa dan kelompok-kelompok kecil lainnya.
Sebagian besar komandan dan pemimpin politik kelompok-kelompok yang berpartisipasi adalah pendukung ulama Syiah garis keras Iraq, Kadhim al-Haieri, yang berbasis di Iran sejak tahun 1970-an.
“Meskipun ikut bertempur dengan DAIS (Daulah Islamiyah Iraq wa Syam) atau ISIS/ISIL bukan berarti kita tidak bisa bertempur dengan pihak lain. Kita bertempur dengan Amerika sebelumnya dan kita tidak keberatan melawan Turki kali ini,” menurut seorang milisi Syiah dari Komite Mobilisasi Populer (Hashid Shaabi).
Milisi Syiah yang mempunyai hubungan dengan Iran ini memutuskan untuk menjadi tulang punggung Unit Mobilisasi Populer, badan yang didirikan oleh pemerintah Iraq, sebagai wadah bagi beberapa faksi kelompok bersenjata untuk melawan IS/ISIL.
“Ini pesan perdamaian kami yang terakhir untuk Erdogan, jika pasukannya tidak meninggalkan Iraq utara, tangan-tangan pejuang kami akan menggapai mereka,” Abu Talib al-Saiedi, seorang komandan milis Kataib Huzballah-Iraq berkata pada MEE.
“Kami sebagai Kataib Huzballah-Iraq mengatakan jika kalian (pasukan Turki) tidak mendengarkan demonstrasi ini, kami akan memaksa kalian mendengar suara senapan dan IED kami,” ujar al-Saiedi menambahkan.
IED atau improvised explosive device sejenis bom rakitan yang dikendalikan dari jarak jauh dan sangat popular digunakan milisi Taliban dalam Perang Afghanistas tahun 2001.
Hari Jumat lalu, mantan Wakil Presiden Iraq, Nouri Al-Maliki hari Jumat 11 Desember 2015 menghasut milisi Syiah di Iraq untuk melawan Turki. [Baca: Nouri Al-Maliki Hasut Milisi Syiah Iraq Melawan Turki]
Sebelumnya, IS telah mengambil alih lebih dari 3 wilayah dari teritori Iraq bagian utara dan barat negara tersebut, tetapi pasukan keamanan Iraq dan Kurdish Peshmerga didukung milisi Syiah dan koalisi angkatan udara Amerika mendapatkan kembali wilayah itu, termasuk provinsi Salahudeen di utara Baghdad dan Anbar di selatan Baghdad.
Turki telah mengirim ratusan pasukan dan tank ke basis militer di Iraq Utara pada minggu lalu. Akibat tindakan tersebut, pihak Irak marah dan menuntut Turki menarik pasukannya.
Seorang tokoh Syiah Iran yang berpengaruh, Ali al-Sistani, hari Jumat mengatakan pemerintah bertanggung jawab untuk melindungi kedaulatan negaranya. Dia juga meminta penduduk untuk mengendalikan penduduk asing di Iraq.
“Pemerintah Iraq bertanggung jawab untuk melindungi kedaulatan Iraq dan harus tidak memberi toleransi dari pihak yang melanggar atas itu, apapun pembenaran dan keharusan,” ujar Abdul al-Mehdi a-Karbala’I, salah satu wakil Al Sistani.
Dikutip MEE, milisi Syiah termasuk Brigade Badr (Badar), Kataib dan Asaib mengancam akan menarget semua tempat milik Turki dan warga Turki di Iraq.
“Kamu tidak lebih kuat dari Amerika,” ujar Hadi al-Amiri, Kepala Milisi Brigade Badr (Badar) dan politisi Syiah, ditujukan kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada upacara yang disiarkan televisi minggu lalu.
“Amerika terpaksa pergi dan kamu akan terdesak juga,” ujarnya menambahkan.*/Nashirul Haq AR