Hidayatullah.com—Perdana Menteri Benyamin Netanyahu mengatakan kabinet Israel telah mencapai “kesepakatan kreatif” untuk membangun plaza (tempat terbuka) baru yang bisa dipergunakan laki-perempuan bersama-sama beribadat di Tembok Ratapan (dinding sebelah barat Masjid Al-Aqsha).
Dilansir Deutsche Welle (31/1/2016) tempat baru itu, yang akan dibangun dengan biaya sekitar $9 juta, akan mengganti tempat sementara yang selama bertahun-tahun dipakai kelompok Women of the Wall menggelar peribadatan non-Orthodoks.
Shira Pruce, juru bicara Women of the Wall, mengatakan keputusan itu bersejarah baik untuk hak-hak wanita maupun pluralisme Yahudi di Israel setelah berkampanye selama tiga puluh tahun.
Untuk pertama kalinya “kunci tempat suci Yahudi diserahkan kepada wanita,” imbuhnya.
Tradisi pemisahan jemaat laki-laki dan perempuan masih akan dipertahankan di sisi utara, sementara bagian yang bisa dipakai lawan jenis bersama-sama itu ditempatkan di sisi selatan.
Jewish Federations of North America, organisasi tempat orang-orang Yahudi liberal berkumpul, mengatakan keputusan itu merupakan pengakuan penting oleh Israel akan perlunya “satu tembok untuk semua orang.”
Kelompok Yahudi Orthodoks senantiasa menentang campur baur jemaat lelaki dan perempuan ketika beribadat di Tembok Ratapan alias Tembok Barat.
Shmuel Rabinowitz, rabi yang saat ini mengurus Tembok Ratapan, mengatakan dia menerima kabar itu “dengan hati berat tetapi juga agak lega,” setelah selama bertahun-tahun terjadi pertikaian soal pembauran jemaat lelaki dan perempuan di tempat suci itu.
Anggota kabinet Netanyahu dari kelompok garis keras mengulangi penentangannya. Uri Ariel, dari Partai Bayit Ha-Yehudi yang beraliran Orthodoks, menuding kelompok reformis ingin “menciptakan konflik dan pertikaian.”
Arieh Deri dari partai ultra-Orthodoks, Shas, menuduh kelompok reformis menyebabkan ketegngan yang tidak perlu, dan bersikukuh Israel seharusnya diurus oleh orang-orang yang berpegang teguh pada ajaran Yudaisme.*