Hidayatullah.com–Berlinale, atau Festival Film Berlin, merupakan Salah satu festival film paling bergengsi di dunia yang diselenggarakan setiap tahunnya di ibukota Jerman tersebut.
Festival yang tahun ini berlangsung sejak 11 Februari hingga tanggal 21 mendatang ini, kini memiliki ‘bintang tamu’ special. Sebelum perhelatannya, panitia Berlinale mengumumkan di press release mereka bahwa mereka mengambil bagian dalam menyambut kedatangan puluhan ribu imigran timur-tengah. Para pengungsi dapat menyaksikan seluruh film yang diputar di festival tersebut dengan tiket separuh harga.
Tidak hanya itu, mereka juga mengajak mereka yang menghadiri festival yang dibuka oleh George Clooney tersebut untuk menyumbang ke Berlin Center for Torture Victims, sebuah lembaga non-profit yang membantu orang-orang yang mengalami penyiksaan, perang, imigrasi, serta peradilan sepihak. Setiap tahunnya, lembaga tersebut membantu kurang lebih 500 orang korban.
Beberapa Welcome School (sekolah yang khusus menerima para imigran untuk membantu mereka beradaptasi dengan tempat baru) juga perpartisipasi dalam festival tersebut, untuk memberikan ruang bagi anak-anak muda dalam dialog media. Festival tersebut juga memberikan tour behind-the-scene kepada para pengungsi yang disponsori sebuah NGO.
Dieter Kosslick, Direktur Berlinale, mengungkapkan kepada Reuters bahwa program tersebut dibuat sebagai bentuk ketersediaan Jerman menerima ratusan ribu pengungsi tersebut ke negara mereka.
Festival Film Berlin dimulai pada 1951, masa dimana Jerman masih tertatih-tatih akibat Perang Dunia II. Krisis imigran yang terjadi baru-baru ini mengingatkan mereka pada masa tersebut. Kosslick menuturkan bahwa para imigran tersebut akan menjadi tamu VIP mereka.
“Saat kamu pergi ke negara lain karena perang, kamu bukan pergi karena kamu ingin meninggalkan rumahmu. Kamu pergi karena kamu ingin bahagia, dan kamu tidak bahagia di sana. Di sini, kami akan membuat kamu bahagia,” janjinya.
Beberapa film yang dinilai akan sangat dekat dengan para imigran tahun ini adalah Fire at Sea yang disutradarai Gianfranco Rosi. Sebuah film dokumenter, Fire at Sea menggambarkan pengungsi yang menumpuk di Pulau Lampedusa di selatan Italia. Film tersebut memenangkan hadiah utama di Venice Film Festival 2013. Selain itu, ada pula film drama Road to Istanbul, yang mengisahkan seorang ibu berusaha menyelamatkan putrinya dari cengkraman Islamic State di Suriah.
Kritikus film Eropa yang menulis untuk majalah hiburan Variety, Jay Weissberg, menyambut positif langkah yang diambil oleh panitia Berlinale.
“Awalnya aku sedikit tidak nyaman dengan langkah mereka yang sepertinya terlalu politis. Namun di saat yang sama aku juga berpikir ‘kenapa tidak?’ Kita mengakui orang-orang Suriah yang tinggal di Suriah, pergi jauh-jauh untuk menonton festival film. Sekarang mereka tinggal di Jerman, kenapa kita tidak memandang bahwa mereka bisa hidup normal? Mungkin ini Salah satu caranya.”
Daripada pengungsi, Weissberg lebih antusias mengenai kebangkitan film-film asal Timur-Tingah. Dia menyebutkan beberapa film yang ikut serta dalam festival yang memberi penghargaan berbentuk patung beruang tersebut, seperti Hedi asal Tunisia, serta Barakah Meets Barakah, sebuah film romantic komedi asal Arab Saudi. Weissberg juga mencatat film Theeb, film asal Yordania tentang seorang bocah Bedouin yang mengembara gurun dalam sebuah misi, yang dinominasikan untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik Academy Award (Oscar).
“Aku senang bahwa para panitia festival film akhirnya melihat potensi daerah Arab, yang sebelumnya kurang mendapat sorotan. Aku juga senang karena Oscar juga akhirnya menyadari bahwa banyak cerita yang menarik perhatian penonton internasional sebanyak perhatian penonton lokal,” ujar Weissen.*/Tika Af’idah