SALAH satu kenikmatan safar jika Allah pertemukan kita dengan para ulama rabbani, ulama-ulama yang berkhidmat kepada manusia di atas jalan yang dituntunkan Allah dan Rasul-Nya.
Jumat itu, Maret 2016, DPP Hidayatullah mendapat rezeki besar berjumpa dua ulama di belakang mihrab sebuah masjid. Keduanya adalah Syaikh Abdul Hayy Yusuf, Wakil Ketua Perhimpunan Ulama Sudan, dan Syeikh Muhammad Yasir Al-Musdi, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Ulama Suriah yang sedang bertamu ke Sudan.
Beberapa saat sebelumnya, Syaikh Yasir menggetarkan qalbu ribuan orang jamaah shalat Jumat dengan khutbahnya. Ia mengingatkan umat Islam untuk merangkul dan memeluk saudara-saudaranya di Suriah.
Yaitu mereka yang sudah 5 tahun menghadapi kezhaliman besar rezim Assad yang didukung oleh Syiah Iran, Syiah Lebanon, Syiah Iraq, Syiah Afghanistan, dan Russia.
“Keluarga-keluarga kalian di Suriah hanya menginginkan perubahan alamiah sesudah lebih 40 tahun ditindas oleh tirani minoritas Nusairiyah-Alawiyah (salah satu etnik Syiah), tapi dihadapi dengan penyiksaan, pembantaian dan penghancuran sampai hari ini. Dan mereka sabar,” tegasnya dari atas mimbar.
Di belakang mihrab, saat ditemui Ketua Umum DPP Hidayatullah Nashirul Haq, Yasir menyampaikan harapan agar silaturrahim antara Indonesia dan Suriah terus dikuatkan, sampai perdamaian Allah kembalikan ke Bumi Syam.
Syeikh Abdul Hayy Yusuf, ulama muda Sudan yang kharismatik, menyambut gembira ziarah saudara-saudaranya dari Indonesia.
“Saya sungkan pada kalian, baru berkunjung di akhir ziarah, sehingga saya tak sempat menjamu kalian sebagaimana sewajibnya,” katanya kepada Nashirul Haq dikutip hidayatullah.or.id.
Sebaliknya, Nashirul Haq meminta maaf karena berziarah di akhir kunjungan ke Sudan, “Waktu pertama ke sini kami diberi tahu Syaikh Abdul Hayy masih keletihan sepulang umrah.” Sambil menitipkan mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang belajar di Sudan agar selalu mendapat bimbingan dari para ulama di negeri itu.
Keduanya bersepakat untuk terus melanjutkan persaudaraan ini.
Ulama Produktif
Pada hari lain, rombongan DPP Hidayatullah secara khusus menziarahi Syaikh Amin Al-Hajj Muhammad Ahmad, Ketua Rabithah Ulama Muslimin Sudan. Ia salah satu ulama paling istiqamah yang mengasuh majelis ilmu sekaligus paling produktif menulis buku.
Saat ini, setiap hari usai Subuh dan antara Maghrib dan Isya, Masjid Al-Makmur di dekat rumahnya dipenuhi ratusan pemuda dari berbagai bangsa. Mereka menyimak pembacaan kitab hadits Sunan An-Nasa’i (urutan ketiga terkuat sesudah Bukhari dan Muslim).
Sesekali, Syaikh Amin menyela muridnya yang asal Indonesia, yang bertugas membaca hadits demi hadits, untuk memberikan penjelasan singkat laksana sebuah ensiklopedi hidup.
Menurut catatan ulama muda Indonesia, Dr Adian Husaini, selama lebih dari 10 tahun, sejumlah kitab telah ditamatkan di majelis Syaikh Amin, seperti Kitab Shahih Bukhari, Shahih Muslim, al-Risalah Imam Syafii, al-Muwaththa’ Imam Malik, dan sebagainya. [Baca: Nasihat dan Teladan Syaikh Amin Al-Hajj Sudan]
Tentang mahasiswa Indonesia yang bertugas membacakan hadits-hadits dan kitab, Syaikh Amin menyatakan, “Sejak dulu mahasiswa Indonesia selalu berprestasi dan berakhlaq baik,” kata Syaikh Amin kepada tamu-tamunya.
Sore itu, kemesraan hubungan itu ditunjukkan juga. Ulama berusia 69 tahun ini menyerahkan seikat kunci kepada salah satu mahasiswa Indonesia yang mengantar kami.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Ia memintanya pergi ke gudang buku di halaman rumahnya, dan menyebutkan judul-judul buku yang hendak ia hadiahkan kepada seluruh anggota rombongan. Setiap orang dapat 7-8 buku dengan berbagai tema, gratis. Di antaranya berjudul “Bukan Kebangkitan Ulama Jika Tidak Disertai Kebangkitan Islam yang Sesuai Tuntunan (Wahyu dan Sunnah)”.
Semua buku-buku itu hasil karya pena Syaikh Amin. Subhanallah.
Belum cukup sampai di situ. Syaikh Amin yang juga Ketua Umum Rabithah Ulama Muslimin sendiri yang menyuguhkan minuman dingin dan panas, mondar mandir mengangkat nampan berisi gelas dan cangkir untuk seluruh rombongan.
Tak henti-hentiknya beliau menyilakan para tamunya untuk minum, makan biskuit, dan duduk istirahat dengan santai.
Bicaranya pelan, lembut tapi jelas terdengar. Wajahnya teduh dan menenangkan.
Air mukanya gembira mendengar semua penjelasan Nashirul Haq tentang pekerjaan-pekerjaan dakwah dan tarbiyah yang sedang ditekuni di Indonesia.
“Ini kita bagaimana membalasnya ini?! Masya Allah….” gumam Asih Subagyo, Kepala Bagian Ekonomi DPP Hidayatullah.
Semoga Allah balas kebaikan beliau dengan penjagaan terbaik. Semoga Sudan semakin berkah karena dijaga oleh ulama-ulama rabbani-nya.*