Hidayatullah.com—Deportasi gelombang pertama para migran/pengungsi dari Yunani ke Turki, yang sudah disepakati oleh Ankara dan Uni Eropa, tampak berjalan lancar, meskipun terdapat unjuk rasa yang menentangnya.
Dilansir Euronews Senin (4/4/2016), dua perahu penumpang berbendera Turki berisi para migran/pengungsi menjadi yang pertama berlayar dari pelabuhan Yunani di Mytilene menuju Dikili, Turki.
Perahu ketiga yang berisi kebanyakan orang-orang Afghanistan menyusul kemudian dari pelabuhan di Chios.
Sebelum dideportasi, orang-orang tersebut lebih dulu ditempatkan dalam detensi. Pasukan penjaga perbatasan Uni Eropa, Frontex, ikut membantu polisi Yunani dalam mengawal operasi tersebut.
“Operasi hari ini berjalan sangat lancar. Sangat tenang. Para migran berangkat menggunakan bus-bus bersama petugas pengawal. Mereka datang ke sini, mengambil barang bawaannya, dan bersama dengan petugas pendamping menaiki feri. Tidak ada insiden,” kata juru bicara Frontex Ewa Moncure seperti dilansir Euronews.
Puluhan demonstran di pelabuhan Yunani itu tampak berunjuk rasa menentang deportasi tersebut dan menentang kesepakatan yang dibuat oleh Uni Eropa bersama Turki guna menanggulangi krisis migran/pengungsi yang membanjiri wilayah Eropa belakangan ini.
Baca berita sebelumnya: Deal! Turki Tampung Migran yang Dikembalikan Eropa, Uni Eropa Percepat Proses Keanggotaan Turki
“Turki bukan negara aman untuk pengungsi,” bunyi salah satu plakat yang dibawa kelompok protes itu. “Hentikan kesepakatan,” dan “Tidak ada umat manusia yang legal,” protes mereka yang menanggap kesepakatan tersebut tidak manusiawi.
Menurut laporan wartawan Deutsche Welle dari Dikili, para jurnalis berlomba-lomba mengambil gambar kedatangan pertama gelombang migran/pegungsi yang dideportasi dari Yunani. Namun, aparat setempat berusaha sedapat mungkin menghalangi pemandangan mereka.
Setelah feri pertama datang, para penumpangnya –yang kebanyakan laki-laki asal Bangladesh, Pakistan dan Afghanistan– dengan pengawalan dari Frontex atau polisi Turki bergegas menaiki sebuah bus. Mereka meninggalkan pelabuhan dengan kawalan polisi.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Tidak ada awak media lokal maupun internasional yang diperbolehkan berbicara dengan para migran itu.
Menjelang kedatangan para migran/pengungsi yang dideportasi dari Yunani ke Turki, penduduk di Dikili menggelar aksi protes guna menentang kesepakatan Uni Eropa dan pemerintah Ankara, yang potensial membanjiri daerah mereka dengan pengungsi. Kota berpenduduk sekitar 35.000 jiwa itu terbiasa menerima kedatangan wisatawan, bukan pengungsi atau migran dalam jumlah besar.
“Kami tidak bisa menerima mereka datang ke Dikili, kami tidak sanggup menanganinya,” kata Ozlem, seorang manajer di sebuah hotel dekat pelabuhan.
“Jika kota ini dipenuhi dengan orang-orang itu, pariwisata akan lenyap,” kata pria itu sambil melotot dan menjentikkan jarinya.*