Hidayatullah.com— Petinju legendaris asal Amerika Serikat, Muhammad Ali, mengembuskan nafas terakhir Jumat (03/06/2016) atau Sabtu WIB.
Muhammad Ali meninggal akibat komplikasi penyakit parkinson yang dideritanya. Ali dilarikan ke salah satu Rumah Sakit di Phoenix, setelah mengalami gagal organ dan kesulitan bernapas.
Juru bicara keluarga Muhammad Ali, Bob Gunnel, menyampaikan kabar duka ini. Ali memang telah menderita penyakit Parkinson sejak 1980-an.
“Setelah pertempuran 32 tahun dengan penyakit Parkinson, Muhammad Ali telah meninggal pada usia 74. Tiga kali juara dunia kelas berat itu meninggal malam ini,” kata Bob seperti dilansir USA Today, sesaat lalu.
Mantan juara dunia tinju kelas berat itu dilarikan ke rumah sakit pada Kamis (2/6/2016) malam atau Jumat dini hari WIB. Sejak Jumat (3/6/2016), keluarga Ali, termasuk putrinya yang juga petinju, Laila, telah berkumpul di rumah sakit.
Petinju yang bernama asli Cassius Clay ini dilahirkan di Kentucky pada 1942. Ia menjadi juara dunia pada 1964 dan gelarnya dicopot karena menolak ikut wajib militer pada 1967.
Ali mulai melejit sebagai petinju besar sejak meraih medali emas Olimpiade pada 1960. Ia menghipnotis publik tinju dunia setelah meng-KO petinju Sonny Liston untuk mengklaim gelar pada tahun 1964 pada usia 22.
Memeluk Islam
Di zamannya, Casius Mercelus Clay dikenal sebagai seorang petinju yang sangat ditakuti oleh lawan-lawannya hingga dijuluki The Greatest (terbesar).
Saat itu, dia mampu menaklukkan peitnju-petinju terbesar seperti; George Foreman, Sony Liston, Joe Frazier. Bahkan, pertarungannya melawan Foreman serta Joe Frazier menjadi pertarungan terbaik sepanjang abad ke-20 yang sempat membuatnya dinobatkan sebagai seorang petinju terbesar di abad 20.

Cassius dilahirkan pada 17 Januari 1942 di Louisville, Kentucky, Amerika Serikat. Daerah yang dikenal dengan ayam goreng khasnya ini juga terkenal dengan perbedaan etnis yang kental. Ayahnya, Cassius Marcellus Clay Sr, adalah pelukis papan nama dan reklame. Ibunya, Odessa Grady Clay, seorang pembantu rumah tangga.
Cassius Marcellus Clay mengganti namanya menjadi Muhammadi Ali pada tahun 1975 setelah bergabung pada kelompook Nation of Islam yang kontroversial.
Saat itu, ia menyatakan memeluk Islam dan bersyahadat di atas ring. Di antara tepuk riuh jutaan penonton dan kilatan-kilatan lampu kamera, Clay berdiri dan mengumumkan.
”Aku meyakini bahwa aku sedang berada di depan sebuah kebenaran yang tak mungkin berasal dari manusia,” ujarnya sambil mengucapkan dua kalimat syahadat sekaliagus pengumuman pergantian namanya menjadi Muhammad Ali Clay.
Sejak saat itu, ia membelanjakan uangnya beberapa ratus ribu dolar untuk buku-buku dan pamflet-pamflet Islami supaya dapat memperkenalkan agama barunya.
Akibat aktivitasnya, para dokter di AS memvonisnya dengan penyakit Sindroma Parkinson, bicaranya mulai lamban, serta ada indikasi kerusakan pada selaput (membran) di otak hingga dia dipanggil Allah Subhanahu Wata’ala.*