Hidayatullah.com—Sebuah petisi online yang meminta agar sebuah lagu rap kontroversial dilarang telah mendapatkan dukungan lebih dari 100.000 tanda tangan, sehingga Gedung Putih harus menanggapinya secara resmi.
Petisi itu ingin pemerintah Amerika Serikat bertindak melarang lagu “Meet The Flockers” yang dibawakan rapper YG, yang liriknya berupa langkah-langkah bagaimana cara melakukan perampokan. Menurut mereka, lagu itu menjadi “cetak biru” pedoman perampokan dan mendorong orang untuk menarget keluarga-keluarga keturunan China.
Petisi tersebut terutama menyoroti lirik pembuka yang berbunyi, “First, you find a house and scope it out. Find a Chinese neighbourhood, cause they don’t believe in bank accounts.”
Lagu itu sebenarnya sudah dirilis sejak 2014, tetapi kontroversi seputar liriknya mencuat pekan-pekan belakangan ini, dan akibatnya sejumlah lokasi pertunjukan YG diserbu para demonstran.
Pengaju petisi yang hanya berinisial YC itu menyeru Gedung Putih agar melarang lagu itu di media publik dan melakukan penyelidikan kemungkinan gugatan hukum atas penulisnya (YG).
Dengan jumlah penandatangan petisi sebanyak itu, pihak Gedung Putih berkewajiban memberikan tanggapannya dalam kurun 60 hari. Akan tetapi, sepertinya lagu itu tidak akan dilarang, mengingat First Amandement dari konstitusi Amerika Serikat melindungi hak-hak kebebasan berbicara, lapor BBC Senin (17/10/2016).
Steven Zhu, yang membantu penyelenggaraan unjuk rasa di luar lokasi show YG di Philadephia, pada Sabtu malam lalu kepada BBC Trending mengatakan kampanye itu telah membantu mengubah sikap tentang bagaimana seharusnya warga Amerika ketununan China mengekspresikan diri mereka sendiri di negara tersebut.
“Orang Amerika keturunan China perlu berdiri membela dan melindungi hak-hak kami,” kata Zhu. “Kami bagian dari masyarakat Amerika dan kami harus aktif dan ambil bagian dalam event-event utama, contohnya pemilihan umum AS. Di masa lalu, kebanyakan orang China berkeyakinan bahwa kami nantinya akan kembali ke negara kami sendiri dan berada di AS hanya sebagai tamu dan kami bukan bagian dari negara ini. Namun, saya ingin orang mengubah pemikiran itu dan menjadikan diri kami sendiri sebagai bagian dari Amerika Serikat,” papar Zhu.
Lagu yang dinyanyikan rapper kulit hitam itu menjadi topik diskusi sejak September lalu, menyusul perampokan gagal atas kediamanan warga bernama Fengzhu Chen, seorang pengusaha wanita di negara bagian Georgia. Saat pencuri memasuki rumahnya, wanita itu mengokang dan menembakkan senapannya, dan sedikitnya dua tersangka pelaku membalas tembakan itu. Salah seorang pelaku tewas dalam baku-tembak itu. Wanita tersebut tidak dijerat hukum apapun atas kejadian tersebut.
YG, yang juga pernah meringkuk dalam penjara karena menggarong rumah orang, belum memberikan komentar terkait lagunya tersebut. Namun di tahun 2014, kepada majalah FM dia pernah mengatakan bahwa dia menulis lagu tersebut “untuk berbagi pengalaman (menggarong rumah-rumah orang) dengan khalayak, sebab hal itu bagian dari kebudayaan.
“Terutama karena saya berasal dari L.A (Los Angeles), di pesisir barat, itu merupakan bagian besar dari kebudayaan (kebiasaan) para remaja atau orang berusia pertengahan 20-an tahun, itu yang mereka lakukan, mereka menggarong rumah orang. Dan itulah yang saya pernah lakukan,” ujarnya ketika itu.*