Hidayatullah.com—Presiden Korea Selatan Park Geun-hye hari Jumat (4/11/2016) mengatakan “hatinya hancur” terkait skandal politik yang menyebabkan ribuan orang turun ke jalan melakukan unjuk rasa di seluruh penjuru negeri.
Polisi hari Senin lalu menangkap seorang wanita teman lama Park, Choi Soon-sil, yang diduga menggunakan kedekatannya dengan presiden untuk mempengaruhi urusan-urusan kenegaraan dan secara melanggar hukum mengarahkan dana mengucur ke dua organisasi nirlaba yang dikelolanya.
“Sangat menyedihkan dan disesali bahwa seorang individu tersebut dikatakan telah mengambil untung dan melakukan sejumlah tindakan melanggar hukum, sementara kami bekerja dengan harapan bisa membantu perekonomian bangsa dan kehidupan rakyat,” kata Park seperti dikutip Deutsche Welle.
Wanita pertama yang menjadi presiden di Korea Selatan itu mengatakan bersedia diperiksa secara langsung berkaitan masalah tersebut, dan mengakui bahwa dirinya mengizinkan Choi membantu mengedit pidato-pidato kenegaraannya dan mengandalkan temannya itu dalam urusan-urusan “kehumasan”.
“Memang benar bahwa saya menurunkan sikap kewaspadaan saya, karena dia selalu mendampingi pada masa-masa tersulit dalam kehidupan saya,” kata Park, merujuk persahabatannya dengan Choi ketika dia harus kehilangan ayahnya yang dibunuh pada tahun 1979. “Saya sudah memutus semua hubungan di hati saya, tetapi mulai sekarang saya akan memutus sepenuhnya hubungan-hubungan pribadi saya.”
Dalam sebuah kabel diplomatik Amerika Serikat tahun 2007, seorang pejabat menggambarkan ayah Choi sebagai “Rasputinnya Korea”. Rasputin adalah penasihat tsar terakhir yang memerintah Rusia. Ayah Choi memimpin sebuah sekte keagamaan yang sekarang dibekukan.
Media di Korsel menuding Choi Soon-sil mewarisi pengaruh yang dimiliki ayahnya, dengan klaim dia menggelar ritual “perdukunan” bersama Park di kompleks istana kepresidenan. Laporan media lokal ini dibantah oleh presiden.
“Bahkan ada kabar yang menyebutkan saya terjerumus ke dalam sebuah sekte sesat atau saya menggelar ritual perdukunan di Gedung Biru,” ujar Park. “Saya katakan dengan jelas: tidak satupun hal itu yang benar.”
Polisi sejauh ini telah menahan sedikitnya satu orang pembantu Park yang lain dan mempertimbangkan untuk menangkap beberapa orang lainnya.
Dalam permintaan maaf ke publik akhir Oktober lalu di hadapan para jurnalis, Park mengatakan bahwa Choi hanya mengedit pidato-pidatonya selama kampanye kepresidenan dan setelah kabinet terbentuk dirinya tidak lagi menggunakan bantuan sahabatnya itu.
Rakyat Korea Selatan turun ke jalan memprotes presiden yang dianggap terlalu besar memberikan kepercayaan kepada putri seorang pemimpin sekte sesat, sehingga dapat mempengaruhi urusan kenegaraan.
Sejak skandal itu terbongkar pekan lalu, popularitas pemerintahan Park anjlok hingga ke titik terendah dalam sejarah Korsel, hanya 5 persen, atau turun 12 persen dari pekan sebelumnya, menurut hasil jajak pendapat yang dirilis Gallup kemarin.*