Hidayatullah.com—Orang Sri Lanka pencari suaka di Hong Kong takut menjadi target buruan aparat kepolisian, karena pernah memberikan bantuan untuk Edward Snowden dalam pelariannya di kota itu.
Aparat dari Sri Lanka diyakini sudah tiba di Hong Kong untuk mencari mereka, kata pengacaranya.
Kepolisian Sri Lanka membantah tuduhan itu, lapor BBC Kamis (23/2/2017).
Aparat hukum dari China daratan atau negara lain tidak punya yuridiksi di Hong Kong.
Pengacara yang mewakili mereka, Robert Tibbo, mengatakan petugas dari Bareskrim Kepolisian Sri Lanka mengunjungi Hong Kong pada bulan Desember untuk mencari kliennya.
“Kami mengetahui polisi Sri Lanka mengambil langkah aktif untuk menemukan klien-klien kami,” kata Tibbo. “Mereka mengidentifikasi dirinya sebagai anggota komunitas orang Sri Lanka di Hongkong. Mereka membawa foto-foto dan file-file.”
Juru bicara Kepolisian Sri Lanka Priyatna Jayakodi mengatakan tuduhan itu “sama sekali dusta.”
“Kami tidak melakukan penyelidikan apapun di Hong Kong atau negara lain dalam kasus pengungsi apapun,” kata Jayakodi kepada BBC Sinhala.
Akan tetapi, Tibbo mengatakan pihaknya memiliki bukti dari orang-orang Sri Lanka yang tinggal di Hong Kong yang didekati di jalanan oleh orang yang membawa identitas resmi pada akhir Desember lalu.
Klien-kliennya memberi makan dan penginapan untuk Edward Snowden selama dua pekan pada Juni 2013, ketika dia melarikan diri dari Amerika Serikat setelah membocorkan ribuan dokumen milik US National Security Agency (NSA). Mantan pekerja kontrak bidang teknologi informasi itu akhirnya pergi meninggalkan Hong Kong dan pergi ke Rusia.
Nama-nama pengungsi itu, Kellapatha Supun Thilina dan Debagma Kankanalamage Ajith Pushpa Kumara, diungkap tahun lalu oleh Tibbo menjelang penayangan perdana film Snowden garapan sutradara Oliver Stone.
Tibbo mengatakan akan sulit untuk tetap merahasiakan identitas mereka setelah film itu dirilis.
Tibbo berkeyakinan pemerintah Sri Lanka mulai melakukan penyelidikan terhadap para pencari suaka tidak lama setelahnya.
Para pencari suaka tersebut sejak itu dipindahkan ke lokasi yang lebih “aman” dan telah memberitahukan departemen keimigrasian Hong Kong.
Mereka juga berencana untuk memasukkan laporan ke Kepolisian Hongkong.
“Saya tegang dan takut. Saya tidak punya kehidupan normal sekarang,” kata Thilina, yang tiba di Hong Kong tahun 2005.
Temannya, Kumara, seorang tentara yang disersi dan menjadi pengawal Snowden pada 2013, juga khawatir dengan keselamatannya.
Mereka takut akan dipaksa kembali ke Sri Lanka, negara asalnya di mana kemungkinan mereka akan mengalami tindak kekerasan dan penyiksaan.
Selain menjadi pengacara untuk Thilina dan Kumara, Tibbo adalah advokat untuk Snowden dan Vanessa Rodel, seorang pencari suaka asal Filipina yang juga memberikan tempat berteduh sementara untuk Snowden di Hong Kong.
Hong Kong saat ini menampung sekitar 100.000 pencari suaka, kebanyakan asal negara Asia Selatan dan Afrika.*