Hidayatullah.com– Kelompok hak asasi manusia, Amnesty International, telah mengungkapkan beberapa citra satelit yang menunjukkan bahwa pemerintah Myanmar masih membakar desa yang dihuni etnis Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine.
Perwakilan Amnesty, Tirana Hassan mengatakan kepada BBC bahwa gambar tersebut menjadi bukti nyata bahwa pasukan Myanmar berusaha untuk mengusir minoritas di luar negeri meskipun mereka sebelumnya telah mengambil tindakan sebagai tindakan melawan para pejuang Rohingya.
“Kami memiliki lebih banyak bukti berdasarkan data detektor, foto, dan video pemadam kebakaran, serta wawancara dengan banyak saksi mengenai ‘rencana kampanye’ Myanmar untuk melenyapkan etnis Rohingya.
“Bukti yang didapat tidak bisa dipungkiri. Pasukan Myanmar sengaja membakar desa-desa di Rakhine utara,” katanya.
Pemerintah Myanmar telah menyatakan bahwa setidaknya 30 persen atau 176 dari 471 desa Rohingya di Rakhine kosong.
Baca: HRW Miliki Data Pembakaran Pemukiman Muslim Rohingya oleh Militer Myanmar
Tirana juga menginformasikan bahwa Amnesty telah mendeteksi setidaknya 80 kebakaran di daerah tak berpenghuni di Rakhine sejak 25 Agustus.
“Tentara Myanmar akan mengepung desa Rohingya sebelum melepaskan tembakan acak orang-orang dan membakar rumah mereka. Tindakan tersebut dipandang sebagai tindak kejahatan terhadap hak asasi manusia,” katanya dikutip AFP.
Sementara itu, portal berita Arakan Times melaporkan bahwa tentara Myanmar membakar desa Rohingya di selatan Maungdaw, Rakhine, kemarin.
Menurut sumber, pasukan Myanmar memasuki desa pada pukul 9 pagi (waktu setempat) dan mulai membakar rumah Rohingya dan kebakaran dikatakan berlangsung lama.
Baca: Foto Satelit Tunjukkan Lebih 1000 Rumah Etnis Rohingya di Rakhine Dibakar
Meskipun dikutuk oleh pasukan internasional, Myanmar melanjutkan tindakan tidak manusiawi mereka dengan membakar lebih banyak desa Rohingya.
“Ketika saya dan keluarga saya bersiap untuk melarikan diri, pasukan Myanmar pergi ke desa kami dan melepaskan tembakan ke rumah.
“Kami semua panik dan langsung melarikan diri sebelum menjadi korban tembakan acak mereka,” kata salah seorang warga etnis Rohingya.
Sementara itu, Amnesty mengatakan jumlah desa Rohingya yang hancur mungkin lebih tinggi dari perkiraan karena faktor cuaca yang mencegah satelit untuk menangkap gambar dengan jelas.*