Hidayatullah.com—Grand Syeikh Al-Azhar Prof. Dr. Ahmad Al-Thayyib mengajak menjadikan tahun 2018 Masehi dengan mengawalinya menjadi ‘Tahun Al-Quds al Syafif’.
Pernyataan Syeikh Ahmad al Thayyib ini disempaikan saat Pembukaan “Konferensi Internasional Al-Azhar untuk Bela Al-Quds” di Al-Azhar Conference Center, Nasr City, Cairo, Rabu, 17 Januari 2018.
Grand Syeikh Al-Azhar dalam Pidatonya pada “Konferensi Internasional Al-Azhar untuk Bela Al-Quds” mengatakan, konferensi ini kembali mendentangkan lonceng tanda bahaya dan menyalakan apa yang mungkin telah hilang dan padam dari api kekuatan dan tekad yang menegaskan pentingnya keteguhan menghadapi kesewenang-wenangan Zionis-Israel yang brutal pada abad ke-21.
“Usulan yang saya ajukan kepada Anda sekalian untuk dijadikan bahan pertimbangan adalah, menjadikan tahun 2018 M ini sebagai tahun khusus untuk Al-Quds Al-Syarif, mulai dari pengenalan tentangnya, dukungan secara materil dan moril kepada penduduk Al-Quds, aktifitas budaya dan media massa yang dilakukan secara terus-menerus yang akan diampu oleh organisasi-organisasi resmi seperti Liga Arab, Organisasi Kerjasama Islam, instansi-instansi keagamaan, Universitas-universitas Arab dan Islam, lembaga-lembaga masyarakat sipil dan lain sebagainya.”
“Setiap penjajahan pasti akan hancur, meskipun pada saat ini seakan-akan mustahil terjadi, namun waktu itu terus bergulir, akhir dari penjajah telah sama-sama diketahui, dan nasib orang yang zalim —meski lama penantiannya— sudah dapat diketahui dan dipastikan.”
Baca: Konferensi Internasional Bela Baitul Maqdis Dimulai di Mesir
Dalam konferensi yang dihadiri berbagai perwakilan dunia Islam dan agama Kristen ini mendesak semua pihak tidak mempermainkan sejengkal pun tanah negara atau tempat-tempat suci.
Syeikh Al Thayyib juga menyinggung sedikitnya kurikulum pengaajaran di dunia pendidikan yang menyinggung masalah Baitul Maqdis (Yesusalem).
“Kenyataan pahit adalah, saat diktat-diktat pelajaran dalam kurikulum pengajaran dan pendidikan kita di seluruh jenjangnya, tidak mampu menciptakan kesadaran tentang permasalahan Palestina secara umum dan Al-Quds secara khusus.”
“Apa yang hilang dari kurikulum pendidikan, juga telah hilang dari berbagai media masssa di dunia Arab dan Islam, “ tambahnya.
Baca: Syeikh Azhar Instruksikan Khutbah Jumat di Mesir Angkat Tema Baitul Maqdis
Akibatnya, pembicaraan mengenai Palestina dan Al-Quds tidak lebih dari sekedar sebuah berita atau laporan rutinan dari koresponden semata.
Selain itu, Syeikh al Thayyib juga bersuara keras atas keputusan Presiden AS, Donald Trump atas Baitul Maqdis.
“Keputusan semena-mena dari Presiden Amerika harus dilawan dengan pemikiran baru Arab-Islam yang beporos pada penegasan ke-arab-an Al-Quds, dan penegasan ini hendaknya berubah menjadi budaya yang diusung oleh seluruh energi media Arab dan Islam.”
“Wajib bagi elit umat untuk mewaspadai bahwasanya umat ini sedang diincar —dengan segala tipu daya— dalam agamanya, identitasnya, kurikulum pendidikannya, kesatuan bangsanya dan koeksistensinya,” ujarnya.
Menurutnya, acara yang digelar di Al Azhar ini merupakan konferensi ke-12 setelah 30 tahun semenjak konferensi terakhir yang digelar untuk membahas permasalahan Palestina, serta tempat-tempat suci Islam dan Kristen.
Konferensi ini ikut dihadiri Paus Alexandria dan Patriark of See of St. Mark, Tawadros II; Sekretaris Jenderal Organisasi Kerjasama Islam (OKI), Dr Yousef Al-Othaimeen; Sekretaris Liga Arab Ahmed Aboul Gheit; Menteri Urusan Islam Saudi, Saleh bin Abdul Aziz Al ash-Sheikh; Ketua Parlemen Arab, Meshal al-Selmi dan Sekretaris Jenderal Liga Islam Dunia, Dr. Mohammed bin Abdul Karim Al-Issa dan dan Sekretaris Jenderal Dewan Gereja Dunia Olav Fykse Tveit.
Dari Indonesia, ikut hadir Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi atau yang lebih dikenal Tuan Guru Bajang (TGB).*