Hidayatullah.com—Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah menandatangani surat perintah untuk tetap membuka fasilitas penjara militer di Guantanamo Bay.
Trump mengumumkan keputusan itu saat berpidato di pembukaan rapat tahunan Kongres AS.
Kebijakan Trump tersebut berarti membatalkan keputusan presiden sebelumnya, Barack Obama, yang menginginkan agar penjara yang dikelola badan intelijen CIA itu “sebisa mungkin segera” ditutup.
Penjara yang terletak di Kuba itu digunakan sejak serangan 9/11, untuk menampung orang-orang dari berbagai negara yang disebut sebagai “musuh Amerika”. Semasa pemerintahan Obama, ratusan orang dijebloskan ke penjara itu tanpa proses pengadilan. Sekarang tinggal 41 tahanan yang masih dikurung di sana.
Dilansir BBC, sebuah pernyataan Gedung Putih mengkonfirmasi surat perintah itu, dan menegaskan bahwa pemerintah AS berhak menahan kombatan musuh kapanpun diperlukan.
“Teroris bukan sekedar kriminal. Mereka adalah kombatan musuh pelanggar hukum. Ketika mereka berhasil ditangkap di luar negeri, mereka harus diperlakukan layaknya teroris,” kata Trump dalam pidatonya hari Selasa (30/1/2018).
“Dulu kita melakukan kesalahan, dengan bodohnya kita melepaskan ratusan teroris berbahaya hanya untuk bertemu mereka lagi di medan tempur,” imbuh Trump, mencontohkan pemimpin ISIS alias Daesh Abu Bakr Al-Baghdadi, yang pernah ditahan pasukan AS di Iraq.
Sejumlah tahanan pertama kali dijebloskan ke penjara Gumoantanamo pada Januari 2002. Sejak itu lebih dari 700 orang ditahan di sana, mayoritas tanpa dakwaan atau tanpa menjalani proses pengadilan sama sekali.
Sejak dibuka, penjara Guantanamo mengundang kontroversi. Kelompok-kelompok peduli HAM menyuarakan protes, menggugat kondisi tahanan yang memprihatinkan, serta perlakuan tidak manusiawi yang diterima tahanan, termasuk beragam bentuk penyiksaan fisik maupun mental.
Tahun 2009, pemerintahan Obama menandatangani keputusan penutupan penjara Guantanamo dalam kurun waktu setahun. Namun, upayanya itu terkendala tindakan parlemen yang kerap membatasi upaya pemindahan tahanan ke negara asal atau negara ketiga.
Bertolak belakang dengan Obama, sejak lama Trump justru menyuarakan agar penjara itu tetap dibuka. Dalam kampanye pilpres November 2016, dia secara terbuka mengatakan ingin memenuhi penjara Guantanamo dengan “bad dudes” (orang-orang jahat).*