Hidayatullah.com–Bentrokan terjadi antara polisi dengan pengunjuk rasa antiperang, hari Senin (16/4/2018), di Athena ibukota Yunani, menyusul serangan udara oleh pasukan Amerika Serikat, Inggris dan Prancis di Suriah.
Para pengunjuk rasa berusaha menggulingkan patung mantan presiden AS Harry Truman setinggi 3,5 meter dengan menggunakan tali dan gerinda besi. Patung itu sebelumnya kerap menjadi target demonstrator, mengalami vandalistis beberapa kali dan ditumbangkan dua kali, lapor Euronews.
Aksi protes digelar oleh Partai Komunis Yunani, menyusul serangan udara sekutu di Suriah hari Sabtu lalu. Unjuk rasa hari Senin itu merupakan yang ketiga kalinya.
Dua pengunjuk rasa ditahan dan sedikitnya tiga orang mengalami luka.
Warga Yunani patut marah dengan peperangan berkepanjangan yang berkobar di Suriah. Negara itu sedang mengalami krisis ekonomi dan keuangan ketika tiba-tiba gelombang pengungsi membanjiri wilayahnya. Bisa dibilang Yunani ketiban sial, karena negaranya menjadi batu loncatan migran dan pengungsi asal Timur Tengah, Afghanistan dan Afrika yang nekat mencoba peruntungan hidup di Eropa.
Sementara itu para pengungsi Suriah yang terdampar di Yunani mengatakan bahwa serangan sekutu itu menghapus kesempatan mereka untuk kembali ke negerinya dalam waktu dekat.
Keluarga Ahmed, pengungsi Suriah yang hidup di tenda, mengatakan bahwa mereka beberapa bulan terakhir optimis dapat kembali ke rumahnya setelah sempat melihat peperangan yang terjadi lumayan berkurang.
“Kami tidak perlu perang, negara manapun, mohon berhenti menumpahkan darah di negara-negara Arab. Berhenti. Kenapa? Sudah banyak orang yang mati, kenapa, banyak orang kehilangan tempat tinggal mereka, pekerjaan mereka, kenapa? Mereka menggelandang di jalanan, kenapa? Perang ini sangat buruk. Mohon hentikan peperang, tolonglah,” kata Hussein, tetangga tenda Ahmed yang mengungsi dari Iraq.
Ahmed mengatakan bahwa kehidupan mereka di pengungsian sungguh merana. Siang hari mereka terpanggang panas matahari, di malam hari mereka bertempur melawan gigitan nyamuk. Banyak anak-anak yang tinggal di tenda mengalami penyakit kulit. Kondisi semakin parah sebab tidak ada bantuan medis yang tersedia bagi mereka.*