Hidayatullah.com—Zimbabwe meluncurkan kampanye penggalangan dana masyarakat untuk mengatasi wabah kolera yang saat ini sudah menewaskan 25 orang, kebanyakan di ibukota Harare.
Mthuli Ncube, menteri keuangan yang baru, lewat Twitter mengimbau masyarakat agar menyumbangkan dananya seraya membagikan nomor rekening pembayaran mobile, lapor BBC Jumat (14/9/2018).
Status darurat berkenaan dengan wabah kolera itu sudah diumumkan pemerintah dan orang dilarang berkumpul dalam keramaian di Harare guna mencegah penyebaran bibit penyakit tersebut.
Pada tahun 2008, wabah kolera di Zimbabwe merenggut nyawa sekitar 4.000 orang dan sedikitnya 100.000 orang jatuh sakit. Hal ini yang menjadi faktor kunci kala itu untuk membujuk Presiden Robert Mugabe –yang dituding semakin otoriter– agar mau berbagi kekuasaan dengan oposisi, sebab pemerintah tidak memiliki uang untuk mengatasi wabah kolera.
Wabah kolera sekarang ini terdeteksi mulai 6 September setelah air di sumur-sumur warga terkontaminasi limbah di Harare. Hasil tes menunjukkan air yang digunakan masyarakat mengandung bakteri penyebab kolera dan tifus. Menteri Kesehatan Obadiah Moyo kepada para reporter hari Kamis (13/9/2018) mengatakan bahwa sejauh ini sudah menginfeksi lebih dari 3.000 orang.
Kantor berita Reuters melaporkan bahwa wabah itu dapat dilacak dengan melihat kesulitan pemerintah kota Harare untuk menyediakan air ke daerah-daerah pinggiran ibukota selama lebih dari sepuluh tahun. Akibatnya, warga terpaksa menggunakan air dari sumur-sumur terbuka dan sumur bor yang dibuat sendiri oleh masyarakat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan kolera sudah menyebar ke 5 dari 10 provinsi di Zimbabwe.
“Obat-obatan yang relevan harus dibeli segera begitu pola resistansinya sudah dipastikan,” kata WHO.
Oleh karena pemerintah mengaku tidak memiliki dana, maka kampanye penggalangan dana dari masyarakat pun digulirkan.
Koran yang dikendalikan pemerintah Herald melaporkan bahwa upaya penggalangan dana dari masyarakat itu sudah mendapatkan sejumlah dukungan. Sumbangan datang antara lain dari perusahaan telekomunikasi Econet Wireless yang menyumbang $10 juta dan Palang Merah Zimbabwe $250.000.
Namun, sebagian warga Zimbabwe mengungkapkan kemarahannya lewat Twitter soal penggalangan dana dari masyarakat dan menuding pemerintah menyalahgunakan uang negara. Warganet mempertanyakan bagaimana pemerintah bisa mengaku tidak memiliki dana darurat bencana kesehatan sementara pemerintah bisa menyewa pesawat pribadi untuk membawa pulang ibu mertua Presiden Robert Mugabe dari Singapura yang meninggal dunia.
Pengacara Fadzayi Mahere memperingatkan Emerson Mnangagwa yang belum lama ini dilantik sebagai presiden Zimbabwe, yang berasal dari partai yang sama dengan Mugabe, akan janji-janji politiknya untuk memperbaiki kondisi kesejahteraan rakyat.*