Hidayatullah.com– Arab Saudi, hari Ahad membantah ancaman apa pun dalam bentuk tindakan ekonomi atau politik yang dilakukan terhadap negara itu, menyusul hilangnya jurnalis Jamal Khashoggi.
Sebelumnya, pemerintah Inggris, Jerman, dan Prancis menuntut penyelidikan yang kredibel terhadap hilangnya Jamal Khashoggi, yang terakhir kali terlihat memasuki Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018, dan sejak itu, tak tampak lagi batang hidungnya.
Seluruh menteri luar negeri dari ketiga negara mengatakan bahwa jika ada yang ditemukan bertanggung jawab, maka harus diupayakan untuk mendesak tanggapan rinci dari Riyadh.
Menyikapi hal tersebut, seorang pejabat Saudi yang anonim mengatakan kepada kantor berita SPA bahwa “Kerajaan Arab Saudi menegaskan penolakan totalnya terhadap segala ancaman atau upaya untuk melemahkannya baik melalui ancaman untuk menjatuhkan sanksi ekonomi atau penggunaan tekanan politik,” demikian seperti dikutip dari BBC, Senin (15/10/2018).
“Kerajaan juga menegaskan bahwa ia akan menanggapi setiap tindakan dengan tindakan yang lebih besar. Ekonomi Saudi memiliki peran penting dan berpengaruh bagi ekonomi global.”
Baca: Raja Salman Telpon Erdogan Membahas Hilangnya Jurnalis Jamal Kashoggi
Sebelum ini, pada hari Ahad 14 Oktober malam, Raja Salman menelpon Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan dan mengucapkan terimah kasih karena telah bersedia membentuk tim gabungan Turki-Saudi untuk menyelidiki hilangnya Jamal Khashoggi.
“Tidak ada yang bisa merusak hubungan kuat Arab Saudi dengan Turki,” kata Raja Salman, seperti dikutip dari media terafiliasi pemerintah Saudi, Arab News.
Pemerintah Kerajaan Inggris, Prancis dan Jerman pada hari Ahad menyerukan “penyelidikan yang kredibel guna menetapkan kebenaran tentang apa yang terjadi, dan – jika relevan – untuk mengidentifikasi mereka yang bertanggung jawab atas hilangnya Jamal Khashoggi, dan memastikan bahwa mereka ditahan untuk dapat mempertanggungjawabkan.”
Meskipun Arab Saudi telah membantah keras keterlibatannya, laporan menunjukkan Riyadh mungkin berada di belakang penghilangan Khashoggi, dengan Turki menayangkan kecurigaan bahwa wartawan itu mungkin telah dibunuh oleh operasi Saudi, tulis CNBC.
Baca: Penyelidikan Turki, Jurnalis Saudi Terbunuh di Kantor Konsulat Saudi di Istanbul
Tanggal 6 Oktober lalu, pejabat Turki yang berbicara nama dirahasiakan mengatakan kepada The Washington Post dan Reuters bahwa Khashoggi telah ditahan paksa, atau mungkin, tewas di dalam konsulat Saudi di Istanbul. Namun, pejabat itu sejauh ini tidak memberikan bukti atau rincian tentang bagaimana mereka sampai pada kesimpulan tersebut.
Arab Saudi secara keras membantah keterlibatan apa pun dan menyebut klaim yang dilontarkan Turki sebagai “tuduhan keliru.”
Kendati demikian, berbagai media di Turki telah merilis rekaman CCTV yang menunjukkan bahwa Khashoggi memang masuk ke Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober, yang kemudian diikuti oleh belasan orang yang diduga pejabat diplomatik Saudi yang masuk ke kompleks tersebut.
Di saat banyak tekanan Barat kepada Saudi atas peristiwa ini, semakin banyak perusahaan dan pemerintah Barat membatalkan keikutsetaan dalam KTT di Riyadh mendatang.
Di antara para eksekutif tingkat tinggi yang mengatakan tidak akan menghadiri Inisiatif Investasi Masa Depan pihak Kerajaan Saudi adalah Jamie Dimon milik JP Morgan Chase, Ford Motor’s Bill Ford dan Uber’s Dara Khosrowshahi .
Para pengamat mengatakan bahwa mencoba mengisolasi kerajaan secara internasional tidak akan mudah, dan dapat membawa konsekuensi bagi orang lain.
Sementara Presiden AS, Donald Trump, telah bersumpah akan memberi “hukuman berat” jika Khashoggi benar terbunuh.*