Hidayatullah.com–Delegasi Rusia yang dipimpin oleh utusan khusus negara tersebut untuk Suriah, Alexander Lavrentyev, bertemu dengan pemimpin rezim Bashar al-Assad di Damaskus pada Ahad, dikutip Anadolu Agency.
Menurut pernyataan yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Rusia, kedua pihak membahas hasil dari KTT empat negara di Istanbul yang digelar pada 27 Oktober.
Mereka juga mendiskusikan masalah-masalah yang terkait dengan pembentukan komite konstitusi, ujar pernyataan tersebut.
KTT Istanbul, dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebagai tuan rumah, dihadiri oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, Kanselor Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Emmanuel Macron, meminta pembentukan komite kontitusi Suriah untuk melaksanakan pemilihan umum yang bebas dan adil di negara yang terkoyak perang itu.
Para partisipan dari Rusia dan Suriah dalam dialog tersebut sepakat untuk meneruskan usaha mereka menghilangkan penghalang yang muncul dalam pembentukan komite, tambah pernyataan itu.
Sebelumnya, kelompok hak asasi Suriah menyerukan pelarangan terhadap perusahaan Rusia dan Iran untuk mengambil bagian dalam proses rekonstruksi di negara itu selama rezim Bashar al-Assad tetap berkuasa.
Dalam sebuah pernyataan akhir Oktober, Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SNHR) mengatakan baik Rusia maupun Iran telah mendukung rezim selama perang saudara di negara itu dan peran mereka dalam rekonstruksi dapat meningkatkan kekacauan di sana.
Baca: Iran Akan Terus di Suriah atas Permintaan Bashar al Assad
Dakwah Media BCA - Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Pernyataan itu mengatakan bahwa Rusia dan Iran telah berkontribusi pada kekerasan di Suriah karena mereka mendukung rezim Assad.
SNHR mengatakan proses rekonstruksi dengan solusi politik dapat mengembalikan stabilitas di Suriah.
Pada 1 September, Iran mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani perjanjian dengan rezim Assad mengenai pembangunan infrastruktur, perumahan dan kereta api.
Suriah mulai bangkit dari konflik yang menyengsarakan sejak 2011, ketika rezim Bashar al Assad menangani demonstran dengan kekerasan serangan membabi-buta yang tak masuk akal.*