Hidayatullah.com–Angkatan Darat Amerika Serikat (U.S. Army) memindahkan puluhan ton emas dari wilayah yang dikuasai ISIS di Suriah ke negara mereka, beberapa laporan menyebutkan.
Menurut sebuah sumber yang berbicara pada Kurdish Bas News Agency, pasukan militer AS itu memindahkan sekitar 50 ton emas dari wilayah yang direbut dari Desh/IS di wilayah Deir el-Zour dan memberikan sebagian dari emas yang tersisa ke cabang PKK di Suriah, kelompok Unit Perlindungan Rakyat (YPG).
Emas itu dilaporkan dipindahkan dari markas militer AS di Kobani.
Sementara itu, 40 ton emas batangan yang dicuri oleh kelompok IS dari Provinsi Mosul Iraq juga ikut diambil oleh pasukan AS tersebut.
Sumber setempat yang berbicara kepada kantor berita SANA milik rezim mengklaim bahwa para tentara AS memindahkan kotak-kotak besar yang memuat harta emas ISIS dari wilayah al-Dashisheh di Hasakah selatan.
Pemimpin IS yang ditangkap tentara AS yang memberikan informasi mengenai lokasi emas, menurut laporan yang diterima kantor berita tersebut.
Klaim itu serupa dengan sebuah laporan oleh Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), yang mengatakan bahwa kelompok YPG dukungan AS sedang mencari 40 ton emas yang ditinggalkan oleh ISIS di Deir el-Zour.
“Pasukan koalisi pimpinan AS dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) secara sengaja tidak menarget wilayah-wilayah yang dikuasai teroris dan komandan IS di Euphrates Timur di Deir el-Zour karena mereka berusaha menemukan harta ini dengan memaksa para militant ISIS untuk memberitahu lokasinya setelah menyerah,” kata SOHR dikutip Dailysabah.
Baca: Amerika Mengincar Kandungan Alam Berharga di Afghanistan
Meskipun ISIS kehilangan banyak benteng di Iraq dan Suriah, kesepakatan kontroversial antara militant ISIS dan kelompok Suriah yang memiliki hubungan dengan PKK, sebuah kelompok teroris yang melancarkan serangan di Turki, membantu evakuasi mereka dari Raqqa, Suriah.
Amerika Serikat masih memiliki sekitar 2.000 tentara di Suriah, banyak dari mereka aktif dalam kerja sama dengan SDF.
Hampir semua wilayah di timur Sungai Euphrates yang terdiri atas sepertiga wilayah Suriah, kecuali wilayah yang dikuasai rezim ASS dekat Deir el-Zour dan wilayah yang dikuasai ISIS dekat perbatasan Iraq, dikelola oleh SDF. SDF juga mengontrol distrik Manbij dan Taqbah di wilayah tepi kanan sungai.
Baca: Iran akan Menutup Kerugian Mereka dengan Mengeksploitasi SDA Suriah
Banyak analis mengungkap keterlibatan AS menebar konflik di banyak negara –termasuk dengan kedok kontra terorisme– terkait dengan usaha menguasai kekayaan alam.
Bahkan kampanye “Perang Global terhadap Terorisme” (GWOT) dan “Kampanye counter-terorisme” pasca 9/11 telah mengaburkan tujuan sebenarnya dari perang AS-NATO terhadap Afghanistan.
Juni 2018, Voice of America (VOA) mengatakan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengincar kekayaan sumber daya mineral Afghanistan untuk membayar keterlibatannya dalam perang di negara tersebut yang sudah berlangsung 16 tahun dan membiayai pekerjaan rekonstruksi yang sudah membengkak hingga 117 miliar dolar.
Olga Borisova, dalam bukunya “Afghanistan–the Emerald Country” (2002) menjelaskan bahwa alasan AS memerangi Afgnanistan karena negeri ini memiliki cadangan alam dan kekayaan mineral luar biasa.
Di bawah penjajahan AS dan sekutunya, kekayaan mineral ini direncanakan akan dijarah (setelah negara itu ditaklukkan) oleh tangan-tangan konglomerat pertambangan multinasional.
Menurut Olga Borisova, yang menulis beberapa bulan setelah invasi Oktober 2001, “perang [pimpinan AS] terhadap terorisme [akan bertransformasi] menjadi sebuah kebijakan kolonial yang mempengaruhi sebuah negara yang kaya raya.”
Karena itu, agenda geopolitik dan politik di Afghanistan yang membutuhkan kehadiran permanen tentara-tentara AS. Terumasuk umumnya kehadiran tentara asing di negeri negeri Muslim lain.*/Nashirul Haq AR