Hidayatullah.com—Ribuan migran dan pengungsi, yang terkatung-katung di Bosnia dalam perjalanan mereka menuju Eropa Barat, tidur di taman-taman dan bangunan tak terpakai dan sebagian dari mereka menemui ajalnya, kata Palang Merah hari Kamis (30/5/2019).
Bosnia, yang terhindar dari gelombang migran 2015, kedatangan migran yang berusaha mencapai negara-negara Eropa yang makmur lewat tetangganya Kroasia yang merupakan anggota Uni Eropa. Sejumlah laporan menyebutkan mereka dipukul balik oleh petugas penjaga perbatasan ketika berusaha menyeberang ke Kroasia, lansir Reuters.
Tahun lalu, sekitar 25.000 orang asal Asia dan Afrika Utara memasuki Bosnia dari Serbia dan Montenegro. Tahun ini, sekitar 6.000 migran dan pengungsi tiba di Bosnia, menurut dinas-dinas keamanan. Hanya sekitar 3.500 orang yang diakomodasi di pusat-pusat transit, akibatnya ribuan orang lain terpaksa tidur di sembarang tempat.
“Orang-orang tidur di taman, di tempat parkir mobil, di trotoar, dan bahkan di bangunan-bangunan yang berbahaya,” kata Indira Kulenovic, manajer operasional International Federation of the Red Cross ang Red Crescent Societies (IFRC), dalam sebuah pernyataan.
“Situasinya sungguh memprihatinkan.”
Wanita itu mengatakan bahwa tiga migran yang berteduh di sebuah bangunan tak terpakai beberapa pekan lalu meninggal dunia akibat lilin yang mereka gunakan menyulut kebakaran. Seorang migran jatuh dari lantai atas sebuah bangunan tempatnya bernaung, dan seorang lainnya membakar diri pekan lalu karena putus asa.
Sukarelawan Palang Merah membantu mempersiapkan makanan untuk 3.000 orang dalam sehari di lima pusat penampungan migran yang tersebar di berbagai daerah di Bosnia. Sementara sukarelawan yang tergabung dalam tim keliling membagikan makan, minuman, pakaian, selimut, serta dukungan psikologis dan pertolongan medis pertama kepada para migran dan pengungsi yang mereka jumpai.
Kebanyakan migran terkonsentrasi di Bihac dan Velika Kladusa, bagian barat Bosnia, di mana petugas setempat sudah kewalahan. Mereka sudah meminta agar tiga pusat transit migran di sana ditutup dan dipindahkan ke lokasi lain.
Negara Bosnia, yang terpecah secara etnis, belum memiliki pemerintahan sampai saat ini sejak pemilu digelar tujuh bulan lalu. Lembaga-lembaga pemerintah yang bertugas mengurus masalah migrasi dan suaka saat ini beroperasi di bawah komando pejabat-pejabat sementara saja.
Selain hidup terkatung-katung, migran dan pengungsi di Bosnia juga menghadapi bahaya ranjau bom peninggalan perang tahun 1990-an. Bosnia merupakan salah satu negara di kawasan Eropa yang paling banyak terdapat ranjau bom yang masih aktif.*