Hidayatullah.com–Korea Selatan akan mengurangi jumlah personel militernya hampir 80.000 pada 2022 dan memperluas penggunaan teknologi, guna merespon masyarakatnya yang menua.’
“Kami akan mengorganisir ulang struktur pasukan militer, memfokuskan pada penggunaan teknologi canggih,” kata Wakil Perdana Menteri dan Menteri Keuangan Hong Nam-ki, hari Rabu (6/11/2019), dalam rapat menteri tentang revitalisasi ekonomi yang digelar di kantor pusat Export-Import Bank of Korea di Yeouido.
Restrukturisasi itu akan mengurangi jumlah personel militer menjadi 500.000 dari jumlah sekarang 579.000 dalam beberapa tahun ke depan.
Menurut buku putih pertahanan yang dirilis bulan Januari, jumlah personel militer Korsel pada tahun 2018 mencapai 599.000, lapor Korea Herald.
Sambil menghapus program wajib militer, seperti polisi dan polisi maritim, Hong mengatakan, pemerintah akan mengambil pendekatan fleksibel. Misalnya, pengurangan dinas kemiliteran alternatif kecepatannya dan skalanya akan disesuaikan dengan situasi perekonomian, seperti subsidi pemerintah untuk usaha skala kecil dan menengah.
Jumlah minimum personel yang dibutuhkan dalam militer beberapa tahun terakhir terus berkurang secara stabil. Diproyeksikan akan melorot menjadi 225.000 pada tahun 2025 dan menjadi 161.000 pada tahun 2038, dari 360.000 pada tahun 2016.
Untuk menutupi berkurangnya jumlah personel itu, pemerintah akan meningkatkan penggunaan teknologi canggih seperti drone, satelit mata-mata dan pesawat tanpa awak, imbuh Hong.
Selain itu, dalam rangka meningkatkan partisipasi sosial wanita dan warga naturalisasi, pemerintah berjanji meningkatkan rasio wanita dalam militer dan kemungkinan akan mengharuskan warga naturalisasi mengikuti wajib militer.
Data menunjukkan, pada tahun 2017 jumlah orang asing yang mengambil kewarganegaraan Korea Selatan mencapai 10.086.
Perampingan di tubuh militer itu dilakukan sejalan dengan perubahan demografik Korea Selatan.
Statistik Korea Selatan memperkirakan populasi negara itu akan berada di angka 39 juta pada tahun 2067, atau turun tajam dari perkiraan 51,7 juta jiwa tahun ini.
Tingkat kelahiran Korea Selatan dalam satu masa hidup seorang wanita hanya 0,98 atau di bawah angka ideal 2,1 guna mempertahankan stabilitas jumlah penduduk seperti saat ini. Bandingkan angka itu dengan 1,65 rata-rata kelahiran di negara yang tergabung dalam Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).
Selain penduduknya yang menua, Korea Selatan juga mengalami masalah penurunan jumlah anak usia sekolah. Pemerintah mengatakan akan memulai diskusi dengan menteri-menteri terkait tahun depan untuk merevisi jumlah guru. Jumlah anak-anak usia 6-17 tahun diperkirakan turun 4,02 juta pada 2040 dari 5,82 juta pada tahun 2017, menurut badan statistik.*