Hidayatullah.com– Wabah coronavirus (virus corona) yang terus menelan korban tewas mengundang keprihatinan dunia internasional. Bahkan, warga-warga asing dari sejumlah Arab beramai-ramai ingin mendaftarkan diri sebagai tenaga sukarelawan di Kota Wuhan, China, wilayah sumber virus korona.
Data Komisi Kesehatan China (NHC) hingga Senin pagi menyebutkan, jumlah kasus positif virus korona jenis baru itu sebanyak 37.289, terduga (28.942), parah (6.188), meninggal (813), dan sembuh (2.900).
Provinsi Hubei masih menjadi penyumbang kasus terbanyak di China dengan perincian, positif (29.631), meninggal (871), dan sembuh (1.795).
Ali Wari, warga negara Palestina, yang tinggal di Wuhan, misalnya, yang mengaku sebagai seorang doktor, siap menjadi relawan.
“Saya bisa berbicara bahasa Arab, Mandarin, dan Inggris. Saya bisa membantu merawat pasien, memberikan informasi, dan melakukan apa saja,” ujarnya pada kemarin kutip Antaranews.com pada Senin (10/02/2020).
Pria yang bekerja di perusahaan teknologi informasi di Wuhan ini menggalang dukungan dengan membuat grup di media sosial yang sangat populer di China, Wechat.
Grup bernama “Wuhan 2019-nCoV” ini beranggotakan kurang lebih 480 orang dari negara-negara Arab yang mayoritas mereka bekerja di kota yang menjadi episentrum virus mematikan 2019-nCoV tersebut.
Ia mengaku awalnya menerjemahkan dan menyebarkan informasi tentang virus korona tersebut, hingga kemudian banyak yang bergabung dalam grup.
Wari bareng teman-temannya dari sejumlah negara Arab saat ini tengah menunggu izin dari pemerintah lokal agar bisa menjadi tenaga sukarelawan.
Wari eberapa minggu lalu menerjemahkan dan menyebarkan informasi-informasi penting tentang virus korona, termasuk berbagai upaya yang telah diambil oleh pemerintah setempat.
Ia merasa yakin virus koroan dapat dikendalikan. Namun katanya banyak pelajar muda yang panik walaupun pihak kampus sudah berusaha semaksimal mungkin.
“Oleh sebab itu, saya akan menenangkan mereka seperti halnya seorang kakak,” imbuhnya.
Sedangkan warga Palestina lainnya, Mohamad Khotib, meminta keluarganya agar bergabung dengan Wari.
“Saya yakin ada solusi mengatasi wabah ini. Kami harus bekerja keras dan tidak kenal kata menyerah,” katanya menegaskan.
Mohamad Asaad, kandidat doktor asal Mesir, yang merasa sudah telanjur cinta dengan Kota Wuhan, turut bersedih atas musibah virus korona itu.
“Saya sedih melihat kota yang gemerlap ini. Sekarang saatnya mendukung dan saling bekerja dengan baik. Karena itu, saya sebagai relawan telah mendarmabaktikan diri dan mendukung kawan-kawan China saya untuk mengatasi masa-masa yang sulit ini,” sebutnya.
Mengatasnamakan diri sebagai warga Arab, Wari telah mengajukan permohonan kepada Kantor Urusan Luar Negeri (FAO) Kota Wuhan supaya diizinkan menjadi tenaga sukarelawan. Mereka ingin membantu dengan apa yang dapat mereka lakukan.
“Kami tinggal di Wuhan, makanya saya cinta kota ini,” ujarnya.
Sementara itu, seorang pria beretnis Uighur Xinjiang, Ba Baintolle, menyumbangkan sebanyak 11 ekor kudanya agar membantu Pemerintah Hubei, China, dalam mengatasi wabah virus korona.
Penggembala kuda itu tinggal di Kabupaten Wenquan, Daerah Otonomi Xinjiang. Kabupaten Tongcheng, Hubei, setiap tahun menyumbangkan 300.000 yuan (Rp 586 juta) kepada warga Wenquan untuk membangun infrastruktur, pengenalan teknologi, dan membangun sekolahan.
Uang dari hasil penjualan 11 ekor kuda senilai 88.000 yuan (sekitar Rp 171,9) juta itu diberikan kepada pemerintah Hubei agar mengatasi wabah virus korona.
“Saya sangat sedih dengan berjangkitnya wabah di Hubei. Mereka banyak sekali bantu kami dan sekarang saatnya saya membantu mereka,” kata Baintolle, Antaranews.com melaporkan pada Senin.
Pria yang punya sebanyak 400 ekor kuda dengan pendapatan sekitar 150.000 yuan (Rp 293 juta) per tahun itu mengatakan, kuda melambangkan keberanian dan ketangguhan. Ia pun berharap masyarakat Hubei dengan gagah berani bisa menundukkan virus tersebut.
“Jangan menyerah. Hati saya bersamamu, meski jarak kita ribuan mil,” ujarnya.*