Hidayatullah.com–Kepala dinas intelijen Australia memperingatkan akan “ancaman nyata” neo-Nazi bagi keamanan negaranya.
Dirjen ASIO Mike Burgess mengatakan “sel-sel kecil” ektrimis sayap kanan mengadakan pertemuan rutin untuk menghormati bendera Nazi dan berbagi ideologi.
Bos Australian Security and Intelligence Organization itu mengatakan ancaman dari dinas-dinas intelijen asing sekarang ini juga lebih tinggi dibanding era Perang Dingin, lansir BBC Senin (24/2/2020).
Burgess mengungkap bahwa seorang “agen tidur” asing ditanam di Australia dan melakukan aksi spionase selama beberapa tahun.
Setelah lama “dorman” (tidak aktif), agen mata-mata itu mulai mengirimkan informasi kepada pihak handler (mata-mata atasannya) dan menimbulkan sejumlah masalah bagi para disiden negara asalnya, sebelum akhirnya agen itu tertangkap.
Burgess tidak menyebutkan negara mana yang menanam “agen tidur” itu di Australia.
Dalam keterangan publik di kantor pusat ASIO, yang sangat jarang dilakukan oleh seorang kepala dinas intelijen, Burgess mengatakan ancaman dari kelompok ekstrimis sayap kanan sangat nyata dan terus meningkat.
“Di daerah-daerah pedesaan di berbagai wilayah Australia, sel-sel kecil rutin berkumpul untuk menghormati bendera Nazi, mengecek persenjataan, latihan tempur dan berbagi ideologi kebencian,” kata Burgess.
Dua tahun silam, salah satu media Australia memdapatkan sebuah foto yang menunjukkan sebuah kendaraan tentara Australia di Afghanistan mengibarkan bendera swastika pada tahun 2007. Insiden itu dikecam sebagai aksi “yang sangat tidak dapat diterima” oleh Malcom Turnbull, perdana menteri Australia kala itu.
Akan tetapi, sumber-sumber pertahanan mengatakan insiden itu hanyalah sekedar lelucon, lebih merupakan “guyonan ngawur” daripada ekstrimisme sayap kanan.
Bicara soal intelijen asing, bos ASIO itu berkata, “Ancaman yang kita hadapi dari aksi mata-mata dan aktivitas gangguan dari pihak asing saat ini tingginya encapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tingginya melebihi apa yang terjadi pada masa Perang Dingin.”
Padahal, tahun 2018 Australia meloloskan sejumlah RUU untuk mencegah campur tangan asing dalam urusan dalam negeri, termasuk soal aktivitas intelijen.
Kala itu, PM Malcolm Turnbull mengakui adanya laporan meresahkan perihal “pengaruh China”, sebuah tudingan yang dibantah keras Beijing.*