Hidayatullah.com—Keyakinan bahwa zat beracun methanol dapat menyembuhkan coronavirus telah menewaskan lebih dari 700 orang di Iran, kata seorang pejabat hari Senin (27/4/2020).
Angka itu menunjukkan lebih tinggi dibanding yang sejauh ini dirilis oleh Kementerian Kesehatan Iran, lapor Associated Press (AP).
Seorang penasihat di Kementerian Kesehatan, Hossein Hassanian, mengatakan bahwa perbedaan angka perhitungan itu disebabkan sebagian korban keracunan methanol meninggal di luar rumah sakit.
“Sekitar 200 orang meninggal di luar rumah sakit,” kata Hassanian kepada AP.
Jumlah kasus keracunan alkohol meroket 10 kali lipat di Iran pada tahun terakhir, menurut laporan pemerintah yang dirilis awal April, di tengah pandemi coronavirus.
Pihak berwenang koroner nasional mengatakan keracunan alkohol menewaskan 728 orang Iran antara tanggal 20 Februari dan 7 April. Tahun lalu hanya ada 66 kematian akibat keracunan alkohol, menurut laporan tersebut.
Secara terpisah, jubir Kementerian Kesehatan Iran Kianoush Jahanpour mengatakan bahwa 525 orang mati karena menenggak alkohol jenis methanol sejak 20 Februari, lapor stasiun televisi pemerintah hari Senin.
Jahanpour mengatakan bahwa total sudah 5.011 orang mengalami keracunan akibat methanol. Dia menambahkan bahwa sekitar 90 orang kehilangan penglihatannya atau mengalami kerusakan parah pada mata akibat keracunan itu.
Hassanian juga mengatakan bahwa jumlah korban keracunan methanol yang kehilangan penglihatannya kemungkinan jumlah sebenarnya lebih tinggi dari itu.
Iran merupakan negara Timur Tengah yang paling parah terjangkit coronavirus, dengan lebih dari 91.000 infeksi terkonfirmasi dan 5.806 kematian.
Methanol tidak tercium dan tidak terasa apabila dimasukkan ke dalam minuman. Zat beracun itu dapat mengakibatkan kerusakan organ dan otak. Gejala orang keracunan methanol antara lain sakit di bagian dada, mual, napas cepat, kebutaan dan bahkan membuat orang jatuh koma.
Di Iran, pemerintah mengharuskan produsen methanol beracun menambahkan pewarna pada produk mereka sehingga masyarakat dapat membedakannya dari ethanol, jenis alkohol yang dapat dipakai untuk membersihkan luka. Ethanol terdapat di dalam minuman keras, meskipun secara hukum produksinya dinyatakan ilegal di negeri Syiah itu.
Sebagian orang di Iran, yang meracik sendiri minuman beralkoholnya, memasukkan cairan pemutih ke dalam produknya untuk menyamarkan pewarna tambahan sebelum dijual sebagai minol alias miras oplosan.
Methanol juga dapat mengkontaminasi minuman beralkohol yang dibuat secara tradisional.
Konsumsi minol di Iran secara umum dilarang, tetapi warga minoritas Kristen, Yahudi dan Zoroaster dapat menenggak minuman keras di tempat-tempat privat.
Menyusul wabah Covid-19, pemerintah Iran mengumumkan akan mengeluarkan izin bagi pabrik alkohol baru dengan cepat.
Iran saat ini memiliki sekitar 40 pabrik alkohol yang dialokasikan untuk produksi farmasi dan pembuatan produk sanitasi.*