Hidayatullah.com—Uganda untuk sementara membuka pintu perbatasannya guna mempersilahkan sedikitnya 3.000 orang pengungsi Kongo masuk ke wilayahnya.
Para pengungsi itu lari menyelamatkan diri dari kekerasan antarkomunal yang marak terjadi di bagian timur Republik Demokratik Kongo.
Uganda sudah menampung lebih dari 1.000.000 pengungsi tetapi menutup pintu perbatasannya pada bulan Maret guna meredam penyebaran coronavirus.
Selama lebih dari satu bulan ribuan orang terdampar di Ituri di wilayah RD Kongo dan berusaha mencari perlindungan di bagian utara Uganda.
Pemerintah Kampala akhirnya setuju untuk memberikan mereka izin masuk dengan alasan kemanusiaan. Mereka terlebih dahulu diharuskan menjalani karantina 14 hari di sebuah fasilitas isolasi yang baru dibangun yang terletak 13 kilometer dari perbatasan, lansir BBC Rabu (1/7/2020).
Badan urusan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan sampel tes akan dilakukan terhadap sebagian pengungsi guna mengetahui apakah ada jejak penularan coronavirus di antara mereka. Hal itu akan membantu pihak berwenang untuk memutuskan kapan memindahkan mereka ke kamp pengungsi.
Organisasi-organisasi bantuan sudah membicarakan tentang kesulitan mempraktikkan jarak sosial dan sanitasi di kamp-kamp tempat bermukim sementara para pengungsi.
Sejauh ini sudah 52 orang pengungsi dites positif Covid-19 di Uganda dari total kasus infeksi di negara itu yang mencapai 900.
PBB mengaku khawatir terkait laporan tentang meningkatnya kekerasan di wilayah RD Kongo, di mana 5 juta orang menjadi pengungsi di dalam negerinya sendiri.*