Hidayatullah.com—China sudah memberikan suntikan sejumlah kandidat vaksin Covid-19 kepada sekelompok pekerja terpilih, termasuk staf medis dan petugas inspeksi di perbatasan, selama lebih dari satu bulan, kata seorang pejabat senior kesehatan hari Ahad (23/8/2020).
Pemerintah memberikan otorisasi “penggunaan darurat” kandidat vaksin pada 22 Juli, kata Zheng Zhongwei, direktur pusat pengembangan sains dan teknologi Komisi Nasional Kesehatan, dalam wawancara dengan lembaga penyiaran pemerintah CCTV seperti dilansir South China Morning Post.
Zheng, yang juga ketua sebuah panel pakar yang memberikan nasihat seputar Covid-19 kepada pemerintah, mengatakan keputusan untuk memulai inokulasi terhadap kelompok tertentu tersebut “sejalan dengan undang-undang”.
Dia tidak mengungkapkan kandidat vaksin yang mana yang digunakan atau apakah program itu melibatkan lebih dari satu produk vaksin. Saat ini empat dari tujuh kandidat vaksin yang sedang menjalani tes tahap akhir di seluruh dunia dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan China.
Pekerja kesehatan dan petugas perbatasan termasuk yang dipilih di antara orang-orang pertama yang menerima suntikan kandidat vaksin sebab mereka dianggap yang paling mudah terpapar coronavirus, kata Zheng.
“Kebanyakan kasus di China sekarang berasal dari luar negeri, jadi petugas perbatasan merupakan kelompok berisiko tinggi,” ujarnya.
Di masa mendatang, program vaksinasi akan dilakukan di kalangan pekerja bidang transportasi dan pelayanan serta di pasar-pasar basah sehingga akan tercipta semacam “imunitas penghalang” bagi penyebaran coronavirus, imbuhnya.
Zheng tidak mengatakan berapa banyak pekerja yang telah diberikan suntikan kandidat vaksin, tetapi dia mengatakan bahwa langkah selanjutnya adalah memperluas skema itu ke lebih banyak orang sebelum memasuki musim gugur dan dingin dan kemungkinan terjadinya lonjakan infeksi.
Komisi Nasional Kesehatan mempertimbangan penggunaan peraturan darurat tersebut pada bulan April, tetapi baru pada 24 Juni mendapatkan izin untuk melaksanakannya.
Sehari sebelumnya, China National Biotech Group (CNBG) diberikan lampu hijau untuk tes tahap ketiga salah satu kandidat vaksinnya di Uni Emirat Arab. Perusahaan milik negara China itu juga mendapatkan izin untuk melakukan uji coba di Bahrain, Peru, Maroko dan Argentina.
Dalam wawancara yang sama dengan Zheng, chairman CNBG Yang Xiaoming mengatakan 20.000 orang ambil bagian dalam uji coba di luar negeri itu dan hasil awal menunjukkan positif.
Perusahaan China lain yang juga sedang melakukan uji coba tahap akhir adalah Sinovac –di Brazil dan Indonesia— dan CanSino Biologics di Rusia.
Produk CanSino dikembangkan bekerja sama dengan Akademi Sains Kedokteran Militer dan pada bulan Juni memperoleh izin untuk disuntikkan di kalangan personel militer.
Bicara tentang harga jual vaksin nantinya, Zheng mengatakan semua vaksin Covid-19 buatan China “terjangkau oleh publik”.
Hal itu diutarakan Zheng setelah Liu Jingzhen, chairman Sinopharm (perusahaan induk CNBG), dikutip koran di Shanghai Guangming Daily hari Selasa lalu mengatakan bahwa harga dua dosis vaksin inaktif yang dikembangkannya sekitar 1.000 yuan ($145), atau jauh di atas harga yang ditawarkan sejumlah pengembang vaksin Covid-19 lainnya.
“Presiden Xi mengatakan vaksin Covid-19 merupakan produk publik. Satu prinsip tentang produk kesehatan adalah mereka diberi harga tidak berdasarkan hubungan persediaan dan permintaan, tetapi berdasarkan biaya produksi ditambah laba yang masuk akal,” kata Zheng.
“Saya bisa katakan kepada Anda bahwa harganya pasti akan lebih rendah dari apa yang dikatakan chairman Liu,” tegas Zheng.*