Hidayatullah.com–Komunitas yang bermukim di konservasi-konservasi alam swasta di Kenya mengalami kesulitan menghidupi keluarga sebab industri pariwisata terdampak pandemi coronavirus.
Di Maasai Mara National Reserve, komunitas-komunitas masyarakat menyewakan tanah mereka dengan imbalan uang sewa tahunan. Namun, kebanyakan dari mereka tidak akan mendapatkan uang tahun ini karena tidak ada turis, yang mengakibatkan penginapan-penginapan mewah kehilangan banyak pendapatan.
Model ekonomi seperti itu memungkinkan dilakukannya pelestarian alam sekaligus pelestarian budaya suku Maasai.
Pembuatan aksesoris Kijolo LaSalle mengatakan kepada BBC bahwa dia kehilangan uang yang biasa didapat dari turis-turis Eropa
“Ketika orang-orang Eropa datang, kami menjual kalung, gelang, hiasan-hiasa pria.. kami menggunakan uangnya untuk menyekolahkan anak-anak kami… semoga mereka segera datang kembali,” ujarnya seperti dikutip BBC Jumat (25/9/2020).
Hal serupa banyak diutarakan orang di daerah tersebut.
Namun, perkemahan-perkemahan mewah juga menderita, yang artinya mereka tidak dapat memberikan uang kepada warga yang menyewakan lahannya.
“Dari setiap tamu yang menginap di perkemahan ini, ada sebagian uang dari pembayaran turis yang langsung masuk ke pemilik-pemilik lahan,” kata Rimoine Ole Kararei, pengelola Entumoto Safari Camp.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Tahun lalu saja perkemahan ini berkontribusi $35.000 kepada masyarakat. Tahun ini nihil.”
Meskipun Kenya membuka kembali wilayah udaranya untuk penerbangan internasional, butuh waktu sebelum para turis kembali melancong ke daerah-daerah yang ingin mereka kunjungi.
Sampai turis kembali berdatangan, masyarakat harus mengais apa saja yang mereka bisa pergunakan untuk menyambung hidup.*