Hidayatullah.com–Pakistan bukan salah satu negara Muslim yang ingin dinormalisasi hubungan dengan ‘Israel’. Demikian pernyataan menteri kabinet penjajah dilansir oleh Al Jazeera.
Sindiran ini disampaikan setelah Pakistan secara tegas tidak tertarik melakukan normalisasi degan ‘Israel’. Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintahan Trump telah menjadi perantara pemulihan hubungan antara ‘Israel’ dan Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, dan Maroko.
Ofir Akunis, menteri kerja sama regional ‘Israel’, mengklaim kepada Ynet TV pada hari Rabu (23/12/2020) bahwa ada dua negara lagi yang antre untuk menormalisasi hubungan dengan ‘Israel’ sebelum Presiden AS Donald Trump meninggalkan Gedung Putih bulan depan. Dia juga tidak menyebutkan tetapi mengatakan salah satunya berada di Teluk tetapi bukan Arab Saudi.
Yang lainnya, lebih jauh ke timur, adalah “negara Muslim yang tidak kecil” tapi bukan Pakistan, kata Akunis.
Awal pekan ini, Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi mengatakan Islamabad tidak dapat mengakui ‘Israel’ sampai konflik ‘Israel’-Palestina diselesaikan. “Saya dengan tegas mempresentasikan sikap Pakistan terhadap ‘Israel’ kepada menteri luar negeri UEA [selama kunjungan ke UEA] bahwa kami tidak akan dan tidak dapat menjalin hubungan dengan ‘Israel’ sampai solusi konkret dan permanen untuk masalah Palestina ditemukan,” kata Qureshi.
Pernyataan Qureshi datang beberapa hari setelah kunjungannya ke UEA, yang dianggap penting oleh banyak orang di tengah desas-desus bahwa Islamabad diam-diam telah mengirim utusan ke ‘Israel’. Islamabad membantah laporan tersebut, yang muncul terutama di media ‘Israel’.
Menanggapi pertanyaan mengenai laporan tentang dugaan tekanan dari Arab Saudi, UEA dan negara-negara Teluk lainnya untuk pengakuan ‘Israel’, Qureshi mengatakan dia menjelaskan kepada mitranya di UEA tentang “kedalaman emosi dan perasaan yang dimiliki orang Pakistan tentang Palestina dan Kashmir”.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Sementara itu, Indonesia, negara berpenduduk Muslim terbesar, pekan lalu mengatakan tidak akan mengakui ‘Israel’ selama tuntutan kenegaraan Palestina tidak terpenuhi. Malaysia telah mengisyaratkan kebijakan serupa.
Di Dhaka, seorang pejabat kementerian luar negeri mengatakan Bangladesh tidak tertarik untuk menjalin hubungan diplomatik dengan ‘Israel’. “Posisi kami tetap sama,” katanya kepada kantor berita Reuters.
Oman memuji upaya diplomatik yang ditengahi AS tetapi belum berkomentar tentang prospeknya sendiri untuk menjalin hubungan dengan ‘Israel’. Palestina, yang negosiasinya dengan ‘Israel’ terhenti pada 2014, takut dikesampingkan oleh proses normalisasi.*