Hidayatullah.com — Turki tetap menentang Ikhwanul Muslimin yang dinyatakan sebagai “teroris” oleh Mesir. Hal ini meskipun ada dorongan baru-baru ini untuk memperbaiki hubungan dengan Kairo, Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu mengatakan pada hari Selasa (20/04/2021), lapor Middle East Eye.
“Kami menentang kudeta di Mesir, bukan karena itu Ikhwanul Muslimin. Jika [Presiden Mesir Abdel Fattah el] Sisi menjabat hari itu dan ada orang lain yang melakukan kudeta, kami akan [akan] menunjukkan sikap berprinsip yang sama,” ungkap Cavusoglu dalam wawancara dengan penyiar lokal Haberturk.
“Hubungan kami tidak terikat pada satu orang atau partai. Tapi kami menentang Ikhwanul Muslimin yang dinyatakan sebagai organisasi teroris. Ini adalah gerakan politik yang mencoba untuk berkuasa melalui pemilihan,” katanya.
Dalam beberapa bulan terakhir, Turki dan Mesir berusaha memperbaiki hubungan, delapan tahun setelah Ankara menolak mengakui Sisi sebagai pemimpin sah negara itu, menyusul kudeta pada 2013 yang menggulingkan pendahulunya yang terpilih secara demokratis Muhamad Mursi.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga menjadi pengkritik vokal atas pelanggaran hak asasi manusia Sisi terhadap para pemimpin dan anggota Ikhwanul Muslimin, termasuk Mursi, dalam tindakan keras pasca kudeta Mesir.
Dalam salah satu tanda besar pertama pencairan diplomatik, Ankara bulan lalu meminta saluran TV oposisi Mesir yang beroperasi di Turki untuk memoderasi kritik mereka terhadap Kairo, sebuah langkah yang disambut baik oleh pemerintah Mesir.
Ketika dia berkuasa, pemerintah Sisi melarang semua oposisi politik dan media independen, dan banyak yang melarikan diri dari negara itu selama tindakan keras tersebut. Beberapa saluran diluncurkan di luar negeri, terutama di Turki, yang telah menjadi tempat berlindung yang aman bagi anggota oposisi dan pendukung Mursi.
Sebelumnya pada hari Selasa, Partai AK yang berkuasa di Turki mengajukan proposal kepada ketua parlemen yang berusaha membangun kembali kelompok persahabatan antar-parlemen dengan Mesir.
Cavusoglu juga mengatakan pekan lalu bahwa Turki akan mengirim delegasi diplomatik ke Kairo untuk pertama kalinya sejak kudeta dan kemudian dia akan bertemu dengan timpalannya dari Mesir, Sameh Shoukry.
Mencairnya hubungan antara kedua negara bisa berdampak di sekitar Mediterania. Mereka telah mendukung pihak yang bersaing dalam perang di Libya dan menandatangani kesepakatan maritim yang saling bertentangan dengan negara-negara pesisir lainnya.
Namun Turki mengatakan periode baru dalam hubungan Turki-Mesir telah dimulai dan Cavusoglu mengatakan Ankara tidak melihat “Libya sebagai wilayah persaingan” dengan Mesir.*