Hidayatullah.com–Produser Selandia Baru Philippa Campbell mengatakan dia tidak akan lagi terlibat dalam pembuatan film kontroversial tentang serangan teror terhadap Masjid di Christchurch, menurut media pemerintah, Senin (14/06/2021).
Film, They Are US, disebut-sebut hanya berfokus pada tanggapan Perdana Menteri Jacinda Ardern dalam seminggu setelah serangan 15 Maret 2019.
Langkah itu muncul setelah reaksi keras dari komunitas Muslim di negara kepulauan itu, yang mengatakan fokus pada perdana menteri, bukan para korban, adalah salah, dan Hollywood hanya mengambil keuntungan dari penderitaan masyarakat.
Dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh Radio Selandia Baru, Campbell mengatakan dia sangat menyesalkan keterkejutan dan luka hati yang ditimbulkan oleh pengumuman film tersebut di seluruh Selandia Baru.
Dia mengatakan dia mendengarkan kekhawatiran yang timbul selama beberapa hari terakhir, dan setuju bahwa peristiwa 15 Maret 2019 terlalu mentah untuk film saat ini dan tidak ingin terlibat dengan proyek yang menyebabkan kesusahan seperti itu.
Brenton Tarrant, seorang supremasi kulit putih Australia, membunuh 51 orang dan melukai 40 lainnya di Masjid Al Noor dan Linwood Islamic Centre. Dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup Agustus lalu tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat, dalam keputusan pertama yang pernah dijatuhkan di Selandia Baru.
Sebuah petisi untuk menghentikan produksi film, yang diluncurkan oleh Asosiasi Pemuda Islam Nasional Selandia Baru, juga telah mendapatkan lebih dari 61.000 tanda tangan selama tiga hari terakhir.
Asosiasi tersebut mengatakan pembuat film mengesampingkan para korban dan penyintas dan sebaliknya memusatkan perhatian pada tanggapan seorang wanita kulit putih.
Perdana Menteri Ardern, sambil menjauhkan diri dari proyek, mengatakan dia tidak diajak berkonsultasi. “Saya tidak memiliki keterlibatan atau tidak memiliki pengetahuan,” katanya kepada TVNZ.
“Meskipun ada banyak cerita yang harus diceritakan di beberapa titik, saya tidak menganggap milik saya sebagai salah satunya. Itu adalah cerita komunitas dan cerita keluarga. Bukan tugas saya untuk memberi tahu orang-orang apa yang bisa dan tidak bisa mereka lakukan dalam pembuatan film masyarakat”.*