Hidayatullah.com–Kepala urusan hak asasi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengumumkan akan melakukan lawatan yang lama tertunda ke China pada bulan Mei, termasuk ke Xinjiang, di mana para aktivis dan anggota parlemen Barat mengatakan Beijing melakukan genosida terhadap orang-orang Uighur.
“Saya senang bisa mengumumkan bahwa kami baru-baru ini mencapai kesepakatan dengan pemerintah China untuk suatu kunjungan,” kata Michelle Bachelet kepada dewan hak asasi manusia PBB hari Selasa (8/3/2022) seperti dilansir AFP.
Dia mengatakan Office of the UN High Commissioner for Human Rights (OHCHR) dan Beijing “memprakarsai persiapan konkrit untuk kunjungan yang diperkirakan akan dilakukan pada bulan Mei”.
“Persiapan harus mempertimbangkan peraturan Covid-19 yang ada,” katanya kepada dewan HAM.
“Pemerintah juga sudah bersedia menerima kunjungan tim tingkat lanjut OHCHR untuk mempersiapkan lawatan saya di China, termasuk kunjungan lapangan ke Xinjiang dan tempat-tempat lain,” katanya.
“Tim ini akan berangkat ke China bulan depan.”
Kelompok-kelompok hak asasi mengatakan bahwa setidaknya 1 juta orang yang sebagian besar minoritas Muslim telah dipenjara di “kamp pendidikan ulang” di Xinjiang, wilayah di bagian barat di mana Cina dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang meluas termasuk sterilisasi paksa terhadap kaum perempuan dan kerja paksa.
Pemerintah Amerika Serikat dan anggota parlemen di lima negara Barat lainnya telah menyatakan perlakuan China terhadap Uighur di Xinjiang sebagai “genosida” – tuduhan yang dibantah oleh Beijing.
China mengatakan sedang menjalankan pusat pelatihan kejuruan di wilayah tersebut yang dirancang untuk melawan ekstremisme.
Pemerintah China selama bertahun-tahun mengatakan bahwa Bachelet dipersilakan untuk mengunjungi Xinjiang, tetapi kesepakatan tentang permintaannya untuk “akses yang berarti dan tanpa batas” sampai sekarang tampak sulit dipenuhi oleh Beijing.
Di sela-sela Olimpiade Musim Dingin 2022, Sekjen PBB António Guterres mengatakan kepada para pemimpin di Beijing bulan lalu bahwa dia mengharapkan mereka mengizinkan Bachelet untuk melakukan kunjungan “kredibel” ke China, termasuk ke Xinjiang.
Jubir untuk Bachelet, Elizabeth Throssell, mengkonfirmasi kepada wartawan bahwa komisaris tinggi itu akan mengunjungi wilayah tersebut.
“Saya dapat mengkonfirmasi bahwa baik tim lanjutan maupun komisaris tinggi akan atau akan pergi ke Xinjiang, dan tentunya mengunjungi Beijing dan sejumlah lokasi lain,” katanya.
Throssell mengatakan negosiasi dengan Beijing telah menghasilkan “kesepakatan tentang parameter-parameter yang menghormati metodologi kami”, termasuk “akses tak terbatas ke berbagai aktor, termasuk masyarakat sipil”.*