Hidayatullah.com—Serangkaian bom mobil dan bom bunuh diri meledak di dua kota yang dikenal sebagai basis pertahanan rezim Suriah pimpinan Bashar Al-Assad di kawasan Mediterania.
Dilansr BBC Senin (24/5/2016), media pemerintah mengatakan sedikitnya 78 orang tewas, sementara kelompok pemantauan konflik Suriah mengatakan korban meninggal mencapai 145 orang.
Empat bom menarget terminal-terminal bus di kota pelabuhan Tartous dan di Jableh, sebuah kota di utara yang sampai sekarang masih belum tersentuh konflik bersenjata di Suriah.
Sebuah media yang berkaitan dengan ISIS, Amaq, mengatakan bahwa kelompok bersenjata itu berada di balik rangkaian serangan tersebut.
Mengutip sumber-sumber ISIS, Amaq mengatakan bahwa militan menarget tempat-tempat “berkumpulnya orang-orang Alawi,” sebuah sekte Syiah yang diikuti Bashar Al-Assad.
Rusia, salah satu sekutu rezim Assad, memiliki pangkalan laut di Tartous dan sebuah pangkalan udara di Jableh, di mana pasukannya berangkat melancarkan serangan-serangan udara dengan target kelompok ISIS di Suriah.
Kantor berita pemerintah Suriah, Sana, mengutip sumber kepolisan melaporkan bahwa 45 orang kehilangan nyawa dan banyak lainnya, kebanyakan perempuan dan anak-anak, terluka di Jableh.
Sana melaporkan dua bom meledak di pintu masuk terminal bus kota itu.
Seorang pria juga meledakkan dirinya di pintu masuk unit gawat darurat di RS. Nasional Jableh, imbuhnya.
Seorang dokter di rumah sakit itu mengatakan bom meledak kurang dari satu menit setelah ledakan di terminal bus.
“Semuanya berubah menjadi gawat, orang-orang yang terluka mulai berdatangan,” kata Younes Hassan kepada kantor berita Reuters.
Ledakan keempat dikabarkan terjadi di dekat kantor direktorat kelistrikan di Jableh, di pinggiran kawasan pemukiman Amara.
Sementara itu di Tartous, lebih dari 33 orang tewas dan 47 lainnya terluka, lapor Sana.
Sebuah bom mobil diledakkan di pintu masuk utama terminal bus kota itu, sementara seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan bom sabuk di dalam terminal, imbuh Sana.
Sopir bus Nizar Hamade kepada Reuters mengatakan bahwa ledakan terjadi tidak lebih dari 10 detik jaraknya.
“Orang-orang mulai berlarian tetapi tak tahu harus ke arah mana, mobil-mobil terbakar, darah dan mayat bertebaran di tanah,” katanya.
Seorang pelaku lain meledakkan dirinya di sebuah kawasan pemukiman di barat Tartous, lapor Sana.
Syrian Observatory for Human Rights, kelompok pemantau konflik Suriah berbasis di London bentukan pro-oposisi, melaporkan bahwa 97 orang tewas di Jableh dan 48 lainnya di Tartous.
Kelompok yang mengandalkan jaringan sumber informasi di medan konflik Suriah itu juga mengatakan dua serangan bom di terminal bus Jableh adalah bom bunuh diri.
Menteri Informasi Suriah Omran Al-Zoubi mengatakan kelompok-kelompok teroris menarget warga sipil, karena mereka tidak bisa melawan tentara Suriah.
“Kami tak akan gentar,” kata Al-Zoubi kepada Al-Ikhbariya TV. “Kami akan mengerahkan semua yang kami miliki untuk memerangi teroris.”
Menyusul ledakan itu Rusia menyeru agar perundingan damai yang disponsori Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang saat ini terhenti, agar segera dimulai kembali.
Presiden Putin menyampaikan belasungkawa kepada Presiden Assad, seraya menyatakan kesiapannya untuk membantu rezim Syiah Suriah itu menghadapi “ancaman teroris.”*