Hidayatullah.com— Abdullah Al Nasari, Kepala Keamanan di Piala Dunia 2022 di Qatar telah memperingatkan bahwa negara itu tidak akan mentolerir siapa pun yang datang ke negara itu untuk mencemarkan bangsanya. Negara Qatar adalah salah satu dari negara di dunia yang menentang komunitas LGBT (lesbian, homoseksual, biseksual, dan transgender).
Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2022 November ini dan ada kekhawatiran serius atas pilihan tuan rumah Qatar karena pendirian mereka yang tegas terhadap komunitas LGBT. Di Qatar, tindakan kelainan sejenis ini tidak diperbolehkan dan negara itu tidak mau mencemari kepercayaannya selama kompetisi 28 hari.
The Three Lions of England adalah tim pertama yang menyuarakan keprihatinan atas masalah LGBT. Ada desas-desus bahwa mereka akan memboikot turnamen itu, tetapi pelatih Gareth Southgate mengabaikan spekulasi tersebut.
“Tentu saja itu akan menjadi cerita besar, tetapi turnamen ini akan terus berlanjut dan faktanya, masalah terbesar non-agama dan non-budaya adalah apa yang terjadi dengan pembangunan stadion. Sayangnya, kami juga tidak bisa berbuat apa-apa, “ kata Garet, Kamis (14/4/2022).
“Segera setelah kami memasuki turnamen, itu adalah poin bagi kami harus memutuskan apa yang telah kami ketahui selama empat atau delapan tahun dan sikap terhadap Qatar sebagai sebuah negara.”
“Haruskah kita memprotes Qatar sebagai negara atau masalah tertentu? Jika Qatar sebagai negara, kami saling terkait seperti yang telah kami lihat dengan Rusia.”
Namun Abdullah Al-Nasari, sebagai Kepala Keamanan di Piala Dunia 2022 telah memberikan jawaban kepada mereka yang memiliki keprihatinan atas sikap tegasnya terhadap komunitas LGBT. “Jika Anda ingin mengungkapkan pandangan Anda tentang penyebab LGBT, lakukanlah di masyarakat yang akan menerimanya. Jangan datang dan menghina seluruh masyarakat. Kami tidak akan pindah agama selama 28 hari,” tambahnya.
“Jika seorang penggemar mengibarkan bendera LGBT di sebuah stadion dan, itu bukan karena kami ingin menyinggungnya tetapi untuk melindunginya,” kata Al-Nasari. “Jika tidak, penonton lain bisa menyerangnya. Jika Anda membeli tiket, itu artinya untuk menghadiri pertandingan sepak bola, bukan untuk berdemonstrasi,” katanya.*