Hidayatullah.com– Dua belas orang, delapan di antaranya warga Turki, diculik saat melakukan perjalanan dengan bus di Haiti.
Kelompok itu disandera hari Ahad (8/5/2022) ketika mereka berkendara ke ibu kota Port-au-Prince dari negara tetangga Republik Dominika, kata konsul Turki Hugues Josue kepada AFP.
Dia mengatakan mereka adalah anggota asosiasi Muslim Ashape, yang sejak 2019 memberikan kursus bahasa dan pendidikan agama, menurut situs webnya.
“Saat penculikan, mereka turun dari bus dan sempat menghubungi organisasinya,” kata Josue.
Kepolisian Haiti mengkonfirmasi penculikan tersebut.
Mereka diculik di sebelah timur Port-au-Prince, antara perkampungan Croix des Bouquets dan Ganthier. Josue mengatakan mereka terdiri dari lima pria dan tiga wanita berusia antara 20 dan 26 tahun.
Mereka naik bus meninggalkan Santo Domingo, ibu kota Dominika, pada pukul 9.00 pagi dengan membawa “seorang sopir warga Dominika, seorang nyonya tuan rumah warga Haiti, dan 10 penumpang,” kata Michaelle Durandis, perwakilan dari perusahaan otobus Metro.
“Di antara 10 penumpang, ada delapan orang Turki dan dua orang Haiti,” kata wanita itu kepada stasiun radio Haiti Vision 2000, seraya menambahkan bahwa dia tidak memiliki kontak setelah kendaraan melintasi perbatasan pada tengah hari.
Perserikatan Bangsa-Bangsa pekan lalu mengatakan bahwa bentrokan antarkelompok geng yang saling bersaing di sebelah utara Port-au-Prince telah merenggut sedikitnya 75 orang sejak kekerasan baru pecah pada April 2014.
Selama beberapa dekade, geng-geng bersenjata mengamuk di kawasan termiskin di Port-au-Prince. Beberapa tahun terakhir geng-geng bersenjata meningkatkan cengkeraman mereka di seluruh ibu kota Haiti itu dan negara secara luas, sehingga kasus pembunuhan dan penculikan meroket.
Sejak Juni, pihak berwenang juga kehilangan kendali atas satu-satunya jalan yang menghubungkan Port-au-Prince ke bagian selatan.
Pada hari Senin, dua rumah sakit amal di ibu kota yang sudah beroperasi selama lebih 30 tahun mengatakan mereka tutup “sampai pemberitahuan lebih lanjut”, setelah pekan lalu salah satu dokter anak diculik.
Oktober tahun lalu, geng kriminal “400 Mawozo” — salah satu geng yang paling kuat dan ditakuti di Haiti — menculik 17 misionaris Kristen asal Amerika Utara dan kerabat mereka, termasuk lima anak-anak. Korban dilepaskan secara bertahap dan seluruhnya kembali dalam keadaan selamat pada bulan Desember setelah organisasi amal Kristen di Ohio, Amerika Serikat, yang menaungi mereka membayar uang tebusan.*