Hidayatullah.com—Presiden Turki Abdullah Gul menampik kemungkinan tukar posisi dengan Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan setelah pemilihan umum mendatang, dengan mengatakan bahwa formula tukar posisi seperti yang dilakukan oleh Vladimir Putin dan Dmitry Medvedev di Rusia tidak cocok untuk diterapkan di Turki.
“Saya percaya formula Putin-Medvedev bukan sebuah model yang benar-benar cocok di Turki,” kata Gul kepada wartawan hari Jumat (18/4/2014) saat mengunjungi Provinsi Kutahya dilansir Hurriyet.
Di tahun 2008 Medvedev menggantikan Putin sebagai presiden Rusia, sedangkan Putin menjabat sebagai perdana menterinya. Dan pada tahun 2012 mereka bertukar posisi, di mana hingga sekarang Medvedev menjadi perdana menteri dan Putin kembali duduk di kursi presiden.
Setelah pemilu lokal belum lama ini di Turki, kabar keinginan Erdogan untuk menjadi presiden semakin gencar, yang mana hal itu juga resmi dinyatakan oleh Wakil Perdana Menteri Bulent Arinc. Namun, siapa yang akan menggantikan posisi Erdogan jika dia naik menjadi presiden masih dipertanyakan. [Baca juga, Akankah Erdogan Jadi Capres Turki? Tunggu Pengumumannya]
Ketika ditanya soal pemilihan presiden mendatang, Gul menjawab dia tidak punya “rencana untuk masa depan.”
“Untuk sekarang ini saya tidak punya rencana masa depan politik apapun,” kata Gul.
Dia menegaskan tidak bisa membicarakan secara terbuka soal topik-topik tertentu karena saat ini masih menjabat sebagai presiden.
“Saya katakan, kami akan membicarakan dan mendiskusikan soal [pemilu presiden] ini dengan teman-teman kami dan kami akan membuat keputusannya,” kata Gul.
“Turki adalah sebuah negara yang matang. Masa depan Turki akan selalu cerah,” imbuh Gul.
Pernyataan Gul dipandang sejumlah pengamat politik sebagai isyarat bahwa dia enggan kembali menduduki kursi perdana menteri, tetapi masih bersedia apabila tetap menjabat sebagai presiden.
Selama ini, jabatan presiden di Turki hanya dianggap sebagai jabatan simbolis dan non-politis, karena kewenangannya yang tidak sebanyak perdana menteri. Presiden juga dipilih oleh parlemen, bukan oleh rakyat secara langsung.
Namun, dengan undang-undang pemilu yang baru, tahun ini untuk pertama kalinya dalam sejarah rakyat Turki akan bisa memilih presidennya secara langsung. Dan Erdogan, meskipun belum resmi menyatakan akan maju sebagai calon presiden, pada 16 April lalu kepada parlemen mengatakan akan menggunakan kekuasaan presiden secara penuh apabila dia terpilih nanti.
Pemilihan presiden Turki akan digelar pada 31 Juli dan 3 Agustus 2014 untuk warga negara Turki di luar negeri. Apabila diperlukan putaran kedua, maka pemungutan suara akan digelar lagi pada 17 Agustus dan 20 Agustus di luar negeri.*