Hidayatullah.com—Buku harian berisi catatan perjalanan Albert Einstein yang baru diterbitkan mengungkap pandangan rasis dan xenofobia fisikawan terkemuka sejagad itu.
Ditulis antara Oktober 1922 dan Maret 1923, buku harian itu memuat pengalaman-pengalaman Einstein ketika melakukan perjalanan ke Timur Jauh dan Timur Tengah.
Dalam catatannya itu Einstein menuliskan sejumlah generalisasi, misalnya menyebut orang-orang China sebagai “pekerja keras, jorok dan bodoh.”
Ini untuk pertama kalinya catatan harian itu diterbitkan dalam edisi tersendiri dalam bahasa Inggris, lapor BBC Rabu (13/6/2018).
Diterbitkan oleh Princeton University Press, buku berjudul “The Travel Diaries of Albert Einstein: The Far East, Palestine, and Spain, 1922-1923” itu disunting oleh Ze’ev Rosenkranz, asisten direktur Einstein Papers Project di California Institute of Technology.
Einstein bersama istrinya Elsa melancong dari Spanyol menuju Timur Tengah, serta ke China dan Jepang lewat Sri Lanka yang kala itu disebut Ceylon.
Ketika berada di Port Said, Mesir, dan menyaksikan orang-orang di sana menaiki kapal untuk menjual beraneka barang, Einstein menulis, “Orang-orang Levant dalam beragam warna … seperti dimuntahkan dari neraka.” Levant adalah sebutan orang Barat untuk negeri Syam, kawasan bulan sabit di Timur Tengah yang terdiri dari negara-negara di kawasan pesisir timur Laut Mediterania, mencakup Palestina, Yordania, Libanon, Suriah.
Ketika menuliskan pengalamannya di Kolombo, Sri Lanka, Einstein menyebut orang-orang di sana hidup berkalang tanah dalam kondisi jorok luar biasa dan bau busuk. Mereka tidak banyak bekerja dan memiliki kebutuhan tidak banyak. Sebuah siklus hidup perekonomian yang sederhana.
Menurut ulasan isi buku tersebut yang dimuat Guardian (12/6/2018), Einstein menuliskan pendapat cukup pedas tentang orang China.
“… Bahkan orang-orang yang bekerja seperti kuda itu tidak pernah menunjukkan kesan penderitaan. Sebuah bangsa yang seperti kawanan hewan … lebih mirip automaton daripada manusia.”
Tidak hanya itu, Einstein juga mengatakan bahwa anak-anak China “tidak bersemangat dan dungu,” serta “sangat disayangkan jika orang-orang China ini mengungguli ras lainnya.”
Dikenal karena kejeniusannya sebagai ilmuwan dan humanitarianismenya, Albert Einstein dilahirkan di Ulm, Jerman, pada Maret 1879. Dia beremigrasi ke Amerika Serikat di tahun 1933 menyusul kebangkitan Adolf Hitler dan Partai Nazi. Dia meninggal di Princeton, New Jersey, pada April 1955 dalam usia 76 tahun.
Ilmuwan keturunan Yahudi itu dalam pidatonya tahun 1946 di Universitas Lincoln di Pennsylvania –universitas AS pertama yang memberikan gelar kesarjanaan kepada orang kulit hitam– mengatakan bahwa rasisme merupakan “penyakit orang kulit putih.”*