Hidayatullah.com– Sementara negara-negara lain mulai menyesuaikan diri untuk memasuki masa endemi Covid-19, Korea Utara hari Kamis (12/5/2022) untuk pertama kalinya mengkonfirmasi kasus Covid-19.
Menyebutnya sebagai “darurat nasional paling parah”, pemerintah memerintahkan lockdown nasional, sementara media milik negara melaporkan varian Omicron terdeteksi di ibu kota, Pyongyang.
Per Maret 2022, tidak ada kasus Covid-19 yang dilaporkan di Korea Utara, menurut World Health Organization (WHO), dan tidak ada pula laporan tentang warga Korea Utara yang sudah divaksinasi.
Dilansir Reuters, kantor berita resmi KCNA mengatakan bahwa infeksi Covid-29 terdeteksi dari sampel yang diambil pada 8 Mei dari orang-orang di Pyongyang yang mengalami gejala berupa demam.
Mereka diketahui terjangkit subvarian Omicron yang dikenal sebagai BA.2, lapor KCNA tanpa menjelaskan berapa jumlah kasus infeksi dan kemungkinan sumber penularannya.
Laporan itu dipublikasikan setelah pemimpin Korut Kim Jong-un hari Kamis ini memimpin rapat Partai Pekerja guna mendiskusikan penanggulangan wabah coronavirus.
Kim memerintahkan semua kota dan daerah di negeri itu untuk memberlakukan “lockdown ketat” guna meredam penyebaran virus dan pemerintah akan mengerahkan cadangan darurat suplai medis lapor KCNA.
Meskipun belum pernah mengumumkan adanya kasus Covid-19 di negaranya, Korea Utara sejak awal pandemi tahun 2020 sudah memberlakukan kebijakan karantina ketat, termasuk mengunci pintu perbatasan.
Pada bulan Juli tahun itu, Kim memberlakukan lockdown di Kaesong, dekat perbatasan dengan Korea Selatan, selama tiga pekan setelah seorang pria yang membelot ke Korsel pada 2017 kembali ke kota itu dengan menampakkan gejala Covid-19.
Sebuah situs web berbasis di Korea Selatan yang memantau kegiatan di Pyongyang mengatakan pekan ini bahwa penduduk telah diberitahu untuk kembali ke rumah dan tetap berada di dalam rumah karena ada “masalah nasional” tanpa memberikan keterangan lebih lanjut.
Sebelumnya pada hari Kamis ini, kanal televisi pemerintah China melaporkan Korea Utara mewajibkan rakyatnya untuk tinggal di rumah sejak 11 Mei karena banyak dari mereka mengalami gejala “diduga flu”, tanpa menyebut soal Covid-19.
Perlintasan utama antara Dandong China dan kota Sinuiju di barat laut Korea Utara ditutup pada bulan April, karena situasi Covid-19 memburuk di kota China itu, kata pemerintah Tiongkok.
Menurut data WHO, sebanyak 64.207 dari lebih 24,7 juta jiwa penduduk Korea Utara telah menjalani tes Covid-19, dan semuanya dinyatakan negatif per 31 Maret 2022.
Diduga belum ada warga Korea Utara yang divaksinasi, sebab negara itu menolak kiriman vaksin dari COVAX dan vaksin Sinovac Biotech dari China.
Profesor Yang Moo-jin dari University of North Korean Studies di Seoul mengatakan bahwa fakta Kim meminta agar segera digelar rapat politbiru pada dini hari dan media pemerintah juga langsung memberitakannya seakan ingin menunjukkan kegentingan situasi di negara itu. Biasa jadi hal tersebut merupakan isyarat Pyongyang kepada masyarakat internasional agar menolongnya, imbuh Prof Yang.
Kantor kepresidenan Korea Selatan mengatakan kepada Reuters bahwa Presiden Yoon Suk-yeol, yang baru dilantik pada 10 Mei, berjanji tidak akan mengkait-kaitkan urusan kemanusiaan dengan situasi politik, dan Seoul membuka pintu untuk memberikan dukungan kepada Korea Utara.*