Hidayatullah.com—Belum bekerja, tapi nama Menteri Kesehatan baru pilihan SBY, Endang Rahayu Sedyaningsih, sudah menimbulkan kontroversi. Pasalnya alumnus Universtias Harvard, Boston, Amerika Serikat itu, disebut-sebut “terlibat” dalam proyek The US Naval Medical Research Unit 2 (Namru).
Sebelum ini, mantan Menkes Siti Fadilah di beberapa media mengatakan, Endang adalah peneliti Namru. Namun belakangan ia mengatakan lagi, Endang adalah staf Departemen Kesehatan, yang paling ‘dekat’ dengan Namru.
“Ibu Endang ini adalah orang yang paling dekat dengan Namru di antara semua pegawai Depkes,” kata Siti Fadilah Supari dikutip Vivanews, (22/10/2009).
Sementara itu, riwayat Namru 2 di Indonesia berakhir pada 16 Oktober 2009. Melalui surat bernomor 919/Menkes/X/2009, pemerintah RI melalui Menteri Kesehatan resmi mengakhiri kerjasama dengan Namru 2.
Setelah itu, Laboratorium Namru yang berada di kompleks Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan di Jalan Percetakan Negara, Jakarta, resmi tutup.
Neo-liberal
Pengamat politik LIPI Syamsudin Haris di detikcom, Kamis (22/10/2009) mengatakan, penetapkan Endang Rahayu Sedyaningsih sebagai Menteri Kesehatan menggantikan Siti Fadilah Supari sebagai bukti “neoliberal”, sebagaimana sering dituduhkan banyak orang.
“Ini kabinet neoliberal yang cenderung tunduk pada kepentingan Amerika. Ibu Siti ditendang, padahal dia berhasil karena bisa melawan negara besar seperti Amerika dan WHO,” kata Syamsudin Haris.
Syamsudin menyayangkan SBY yang tidak lagi memakai Siti yang dia nilai telah berhasil. “Mungkin karena SBY terlalu tunduk pada Amerika dan WHO,” kata Syamsudin.
Senada dengan Syamsuddin Haris, mantan Ketua YLBHI, Munarman, SH mengatakan, penunjukkan Endang membuktikan Indonesia tunduk pada Amerika.
“Itu merupakan bukti bahwa penguasa Indonesia adalah antek Amerika, “ujarnya pada hidayatullah.com via SMS. [cha, berbagai sumber/hidayatullah.com]