Hidayatullah.com–Indonesia mengalami krisis energi sehingga harus berani mengambil keputusan, termasuk memanfaatkan nuklir sebagai salah satu energi alternatif. Karenanya, Indonesia harus berani mengambil keputusan guna menekan resiko. Pernyataan ini disampaikan Ketua Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Hj. Marwah Daud Ibrahim saat membuka Workshop dan Kunjungan 2009 ICMI yang bertema “Nuklir Untuk Listrik, Pangan dan Kesehatan”.
“Tidak ada ciptaan Allah yang sia-sia, termasuk nuklir. Nuklir adalah rahmat yang harus mampu kita ambil manfaatnya dengan menekan resikonya seminimal mungkin,” demikian disampaikan Marwah.
Acara yang bertempat di Gedung ICMI Center Jakarta Workshop berlangsung selama dua hari. Selain anggota ICMI, workshop dan kunjungan diikuti dari berbagai elemen, seperti Asosiasi Peternak Seluruh Indonesia (APSI), CIDES, Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PBHMI) dan Korps Alumni HMI (KAHMI).
Workshop diawali dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Pusat Diseminasi Iptek Nuklir (PDIN) BATAN dengan Pusat Pengkajian Pengembangan Energi Nuklir (Puskangen) ICMI.
Nota kesepahaman antara lain membahas kerjasama penyebarluasan informasi iptek nuklir dan hasil litbangyasa BATAN ke masyarakat, serta pengembangan SDM dan iptek melalui program-program diklat, penyuluhan teknologi, riset dan kegiatan lain, serta pengembangan model program berbasis komunitas lokal untuk pengembangan daerah.
MoU ditandatangani oleh Kepala PDIN BATAN Dr. Syahril dan Kepala Puskangen ICMI Irwanuddin, M.Eng.
Workshop terdiri dari dua sesi. Sesi pertama menghadirkan anggota Komisi VII DPR-RI Muhammad Najib, M.Si dan Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Prof. Andi faisal Bakti yang membahas teknologi nuklir dari sisi pemerintah dan agama Islam. Sedangkan sesi kedua menghadirkan Deputi Bidang Pengembangan Teknologi dan Energi Nuklir (PTEN) BATAN Ir. Adiwardojo dan Deputi Bidang Pendayagunaan Hasil Litbang dan Pemasyarakatan Iptek Nuklir (PHLPN) BATAN Dr. Taswanda Taryo, M.Sc.Eng, yang membahas aplikasi iptek nuklir di bidang energi dan nonenergi.
Salah seorang Dewan Pakar ICMI sekaligus mantan Menteri Negara BUMN Sugiharto menyebutkan, Indonesia belum optimal mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang berlimpah, termasuk nuklir.
Selanjutnya ia menekankan, dengan adanya kerjasama ini diharapkan ICMI juga mampu berperan sebagai alat komunikasi nuklir, baik bagi masyarakat maupun pemerintah.
Sementara itu Muhammad Najib menyebutkan, masyarakat belum mampu membedakan energi yang ramah lingkungan dan yang beresiko tinggi.
Menurut ia, nuklir sangat ramah lingkungan dan resikonya dapat ditekan dengan penguasaan teknologi. ICMI harus mampu meyakinkan masyarakat bahwa membela nuklir dan pemanfaatannya adalah bagian dari jihad. Hal ini untuk mengcounter penolakan PLTN di daerah.
Setelah sesi diskusi, workshop dilanjutkan dengan kunjungan ke Kawasan Nuklir Pasar, irradiator gamma, bidang pertanian dan peternakan Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PATIR), Gedung Perasten, dan Reaktor Serba Guna G.A Siwabessy (RSG-GAS) Serpong. [eph/btn/hidayatullah.com]