Hidayatullah.com—Hari ini, Selasa, (31/8), warga muslim Banjar Kauman, Desa Pengastulan, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali sudah kembali memulai aktivitasnya. Sebelumnya, selama tiga hari, tepatnya sejak hari Ahad, (29/8) warga muslim sempat terisolasi akibat konflik berbau SARA.
Warga Hindu sempat menutup seluruh akses jalan ke perkampungan muslim. Satu-satunya akses yang bisa digunakan hanyalah laut.
“Alhamdulillah, sejak kemarin sore sudah lancar. Namun, tadi malam sebagian warga masih memilih di dalam rumah. Pagi ini, aktivitas mulai kembali,“ ujar Aminullah (47), warga Desa Pengastulan, Seririt.
Menurut Aminullah, konflik yang hampir menyeret ke masalah SARA ini segera cepat diredam, setelah pihak Polres Seririt terjun ke lokasi.
”Tadi malam sempat ada provokasi dari luar yang memancing warga muslim. Untungnya pihak Polres langsung menindaknya,” lanjut Abdullah kepada hidayatullah.com.
Menurut warga, pengepungan terhadap warga muslim di Banjar Kauman ini dipicu akibat perkelahian pemuda dari Banjar Kauman dan Banjar Pala saat menonton konser musik Bondan Prakoso di lapangan Kec. Seririt, hari Sabtu (28/8).
Perkelahian mengakibatkan aksi kejar-kejaran dan saling lempar kedua belah pihak hingga hari Ahad (29/8) dini hari.
Aksi berlanjut hingga di luar arena. Sebagian warga terus mengejar pemuda Banjar Kauman hingga di perkampungan. Akibat peristiwa ini, sekitar 29 rumah warga dirusak, termasuk satu sepeda motor. Delapan warga terluka.
Bentrokan antarwarga itu sempat diredam aparat kepolisian yang datang satu jam kemudian. Malam itu juga Kapolres Buleleng AKBP Muhammad Yudhi Hartanto bersama Dandim 1609/Buleleng Letkol (inf) Suhardi dan Kabag Humas Protokol Pemkab Buleleng Gede Gunawan AP serta pejabat Departemen Agama Kab. Buleleng turun ke lapangan untuk menghentikan pertikaian itu.
Ahad sekitar pukul 14.00 WITA pemerintah daerah Kab. Bulelang berinisiatif mendamaikan pihak yang bertikai dalam sebuah pertemuan di Mapolsektif Seririt. Pertemuan ini dipimpin Kepala Kesbangpolinmas Kabupaten Buleleng Nengah Widiana Sentosa dan dihadiri Camat Seririt Putu Karyaman, serta Kapolsek Seririt I Wayan Wetem. Perdamaian tercapai.
Namun perdamaian itu tak berumur panjang. Ahad malam sekitar pukul 21.00 WITA, Masjid As-Sholihin tiba-tiba diserang oleh warga Banjar Pala. Saat itu warga Banjar Kauman sedang melaksanakan shalat tarawih.
Serangan itu membuat warga Banjar Kauman tak bisa menerima karena sebelumnya telah terjadi perdamaian. Warga mengejar pihak penyerang hingga ke perbatasan banjar. Polisi kembali datang dan memisahkan kedua banjar yang berbeda agama ini. Sejak saat itulah warga Banjar Kauman tak bisa ke mana-mana kecuali lewat laut.
Diperkirakan ada sekitar 350-400 KK kaum muslimin di Banjar Kauman. Kejadian ini sudah berlangsung yang keenam kali sejak tahun 2000. Kaum muslimin termasuk minoritas (sekitar 17 persen di Buleleng dan 8 persen di Bali). [yus/cha/hidayatullah.com]