Hidayatullah.com–Salah satu peneliti HoBi (Holistic Brain Improvement), dr. Ginus Partadiredja mengatakan, tujuan dari penelitian itu hanya untuk membangun dialog ilmiah antara penemu dan publik. Dalam penelitian timnya itu, Ginus mengaku tidak didekte pihak manapun.
“Kami independen dan bertanggungjawab kepada Allah dan masyarakat,” ujarnya kepada hidayatullah.com.
Ia menegaskan, tidak bisa memutuskan apapun tanpa penelitian secara ilmiah terlebih dulu. Karena itu, dengan hasil penelitian itu ia berharap masyarakat bisa menilai baik dan buruknya secara berimbang.
Ginus sendiri mengatakan jik HoBI tidak sama dengan metode aktivasi otak tengah, hanya memang ada kemiripan caranya saja. Kendati demikian, Ginus mengakui jika meneliti fungsi otak bukan hal mudah. Butuh waktu panjang dan penelitian yang detil.
Karena itu, ia mengatakan, apa yang telah diteliti bukan merupakan hasil final.
“Belum final. Masih perlu banyak yang dikembangkan dan disempurnakan lebih banyak lagi,” tegasnya. Hingga kini, Ginus pun masih banyak pertanyaan tentang metode HoBi sendiri.
“Kami masih bertanya-tanya, apakah metode HoBI ini valid atau tidak,” paparnya.
Lebih dari itu, ia menjelaskan, HoBI lebih menekankan pada aspek memori saja. Padahal, kemampuan analisa juga sangat penting bagi anak. Kemampuan itu dibutuhkn anak bangsa untuk menyelesaikan masalah. Ia pun meminta HoBI agar mengembangkan temuanya itu hingga ke aspek pengembangan analisa anak agar lebih luas cakupannya.
Kendati ditemukan banyak hal positif, tapi Ginus terkesan tidak berani mengatakan apakah pihaknya merekomendasikan HoBi atau tidak untuk masyarakat.
“Ini pertanyaan sensitif, saya tidak berani menjawab secara langsung. Kami coba mengungkap semampu kami. Terserah publik menilai,” ujarnya.
Pernyataan Ginus ini berbeda dengan koordinator tim peneliti, Prof. Dr. Mustofa, M. Ke.s Apt yang mengatakan jika metode HoBI bisa memberi manfaat.
“Manfaat atau tidaknya nanti masyarakat bisa menilai sendiri,” jelasnya.
Apakah metode ini ada dasar ilmiahnya atau tidak, Ginus menjawab diplomatis.
“HoBI datang ke kami tentunya ingin dibuktikan secara ilmiah. Bener nggak sih mencerdaskan anak,” paparnya.
Tapi, sejauh kesimpulan Ginus, ada banyak perubahan positif yang signifikan. Kendati cara dengan menutup mata masih menjadi bahan pertanyaan dan terus dikaji dengan berbagai hipotesa.*