Hidayatullah.com–Nusa Tenggara Center (NC) mengadakan diskusi yang bertemakan “Radikalisme Agama dan Problem Kebangsaan di NTB”, bertermpat di Hotel Giri Indah Mataram, Senin, 15 Agustus 2011 kemarin.
Hadir sebagai pembicara adalah tokoh-tokoh agama dan masyarakat di NTB. Beberapa ormas yang hadir dalam kesempatan tersebut adalah perwakilan dari; Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), MMI, Hidayatullah, MUI, Polda NTB, Kemenag Kanwil NTB, dan beberapa tokoh Islam lainnya.
Acara yang rencananya merupakan diskusi terbatas berubah menjadi seperti seminar karena membludaknya peserta.
“Kami tidak sangka pesertanya akan membludak seperti ini,” kata Sudriman, salah seorang Panitia.
Dalam kesempatan tersebut, Dr.H.Nashudin Rektor IAIN Mataram menyampaikan bahwa radikalisme sebetulnya berasal dari istilah Kristen. Melihat makna secara etimologis, Islam sebenarnya tidak mengenal istilah radikalisme. Yang ada adalah jihad, namuny syarat maupun metodenya sudah ada dalam ajaran Islam
Sedang Drs.H.Lalu Suhaimi Ismi, Kakanwil Kemenag NTB melihat pemahaman Islam harus terintegrasi sehingga tidak memahami ajaran Islam sepotong-potong agar tidak terjadi hal-hal yang merusak nilai dan ajaran agama Islam.
Hadir pula pengamat Sosial Dr.Mifathul Huda. Ia menyinggung masalah julukan “Pulau Lombok” sebagai “Pulau Seribu Masjid”.
Menurutnya, salah satu yang memperuncing perbedaan di NTB adalah dengan banyaknya Masjid. Karena itu, ia meminta jangan terlalu bangga dengan banyaknya Masjid di Lombok, karena masing-masing paham, shalat di tempat masing-masing. Selain itu, ia juga mengkritik para dai yang dinilai terlalu dominan terkonsentrasi di kota dan sedikit yang memberi pencerahan.
Pada akhirnya, diskusi mengerucut, bahwa diperlukan pemahaman yang menyeluruh untuk memahami ajaran Islam.*/Zul, NTB