Hidayatullah.com–Santer pemberitaan kasus pembunuhan yang dilakukan tersangka Ahmad Imam Al Hafitd (19) dan Assyifa Ramadhani (18), menyedot perhatian masyarakat.
Akun twitter keduanya tidak hanya berisi makian dan cacian, tapi juga menyayangkan, mengapa cinta segitiga bisa berujung pada penghabisan nyawa.
Khalid Basalamah, pengisi kajian Hadits, Masjid Agung Al Azhar, Jakarta, menghimbau agar umat Muslim tidak terpancing ikut menghujat. “Jangan sampai kita terjerumus pada dosa yang kita tidak berbuat, tapi kena dosanya,”ungkapnya.
Lulusan Universitas Islam, Madinah, itu mengambil contoh. Ketika sandal kita dicuri, si pelaku berdosa. Sebagai orang yang teraniaya, kita berhak mendoakan kemungkinan sandal itu kembali. Pilihan lainnya, memanjatkan doa pada Allah agar si pencuri dihukum sesuai ketentuan-Nya.
“Tapi tidak boleh mencaci maki karena itu merupakan dosa lain. Sama seperti seseorang mengghibah (membicarakan hal buruk) saya. Saya boleh mendoakan pada Allah supaya ghibahnya dihilangkan atau supaya dia mendapat hidayah Allah. Tapi saya nggak boleh membalasnya dengan ghibah. Dia berdosa, saya juga ikut berdosa,”jelas peraih gelar Master Manajemen Pendidikan Islam itu.
Hal yang boleh kita lakukan, ujar Khalid, pembelaan diri dengan cara menjelaskan kondisi yang sebenarnya.
“Dalam Islam, kita diminta bertabayyun, sampai betul-betul jelas kondisinya. Itupun kita harus mengutamakan tasattur, menutupi aib seseorang. Tapi kita bisa membukanya kalau ada yang berbahaya seperti konspirasi perampokan, pembunuhan,”jelas Khalid.
Lebih baik, menurut pria kelahiran Makassar itu, masyarakat menunggu hasil penyelidikan aparat hukum. Terbongkarnya sebuah kasus tidak serta merta menjadi jalan untuk melontarkan hujatan. Dibaliknya pasti ada hikmah yang bisa dipetik.*