Hidayatullah.com–Kata-kata ibarat peluru. Jika ditembakkan, lesatannya jauh hingga melintasi ruang dan waktu.
“Itulah efek menulis,” demikian disampaikan Ahmad Fuadi, penulis novel “Trilogi Negeri 5 Menara” (N5M) dalam Talkshow yang diadakan Qur’anic Generation di Masjid Raya Pondok Indah, Jakarta, belum lama ini.
Dalam acara bertema “Ngaku Gaul? Follback To Qur’an” ini, ia mengutip Kitab Bidayatul Mujtahid yang ditulis oleh Ibnu Rusyd.
Menurutnya, kitab itu dipakai diberbagai institusi pendidikan agama di seluruh dunia, tidak terkecuali ribuan pesantren di Indonesia.
“Berarti menulis bisa menjadi ladang dakwah, kan? Bayangkan, sudah ribuan tahun, tapi bukunya masih dijadikan rujukan,” ulas Fuadi yang mulai mengagumi ilmuwan asal Spanyol itu sejak di Pondok Modern Darussallam Gontor, Ponorogo.
Tak heran mengapa menulis disebut sebagai pekerjaan fisik.
“Adakalnya seminggu semangat menulis. Tapi setelah itu, sebulan kita berhenti menulis karena mentok nggak tahu mau nulis apa. Didiamkan akhirnya malas melanjutkan,” jelas mantan Wartawan Tempo itu.
Menjaga konsistensi itulah yang seringkali membuat calon penulis patah di tengah jalan. Namun, jika Ia tahu bagaimana menyiasatinya, peluru-peluru itu bisa menjadi “senjata” dakwah melintasi batas usia, tempat dan waktu.
Itulah yang terjadi pada Fuadi paska menulis Negeri 5 Menara (N5M). Tawaran sebagai pembicara mengalir deras dari dalam dan luar negeri. Ia tidak menyangka University of California, Berkeley, Amerika Serikat mengundangnya bercerita tentang Islam dan kehidupan pesantren di Indonesia.
“Saya tanya, “Sir, why you want me to come?” Ternyata di sana ada dua mata kuliah yang menggunakan “Negeri 5 Menara” sebagai bacaan wajib mahasiswa,”terangnya. Animo mempelajari Islam di negeri Uwak Sam itu meningkat paska peristiwa 11 September 2001.
Lebih lanjut pendiri komunitas Menara itu terus memotivasi anak Indonesia menjadikan menulis sebagai hobi. Jangan remehkan status yang tertulis di Facebook, Twitter atau jenis media sosial lainnya.
“Pernah punya teman yang sudah meninggal tapi punya akun Facebook? Orangnya sudah nggak ada tapi status-statusnya tetap bisa kita baca,”ungkapnya.*