Hidayatullah.com– Pemberian visa kepada atlet Israel sangat melukai hati bangsa Indonesia. Pertama, dari segi waktu sangat tidak tepat sebab, baru saja negeri mengalami peristiwa Tolikara, dimana umat Islam yang sedang merayakan Idul Fitri diserang oleh pemuda Gereja Injili Di Indonesia (GIDI).
“Antara kelompok GIDI fundamentalis itu ada kaitannya dengan Zionis Israel. Dan kemudian, belum lama ini masjid Al-Aqsha juga diserbu Israel. Nah, dari peristiwa itu mengapa pemerintah justru memberikan visa kepada atlet Israel. Itu yang saya katakan melukai hati umat Islam,” demikian dikatakan Adian Husaini kepada hidayatullah.com, belum lama ini.
Kedua, kata Adian, dari segi konstitusi negara yang tidak pernah berubah yaitu Indonesia tetap menolak penjajahan Israel terhadap Palestina dan tetap menganggap Israel sebagai negara penjajah, sementara Indonesia sangat mendukung kemerdekaan untuk Palestina.
“Seharusnya Indonesia mempelopori Konferesni Asia-Afrika (KAA) 1955 yang isinya adalah anti Zionis, dan belum lama juga kita memperingati 50 tahun KAA yang jiwanya adalah anti Zionis,” tegas Adian.
Menurut Adian, seharusnya pemerintah juga harus bisa tegas seperti Bung Karno yang pernah mengusir atlet Israel dari ASEAN Game 1962. Dengan kondisi yang sensitif seperti sekarang ini, seharusnya dalam mengambil kebijakan-kebijakan, pemerintah harus memperhatikan aspirasi berbagai pihak.
“Kita itu kan punya lembaga dewan penasihat presiden, DPR, MPR dan sebagainya,” jelas Adian.
Adian menegaskan jika dalam kondisi perekonomian yang sulit dan carut marut seperti saat ini, seharusnya pemerintah jangan malah menambah kontroversi karena itu akan melemahkan ke dalam internal bangsa dan negara Indonesia.
“Tetapi, karena semuanya sudah terjadi, yah kita cuma bisa menyesalkan saja. Jangan sampai kejadian ini terulang kembali,” pungkas Adian.