Hidayatullah.com- Sekretaris Jenderal (Sekjend) Koalisi Rakyat Bersatu (KRB) Melawan Kebohongan Industri Rokok, Herry Chareiansyah, SH, MH mengungkapkan beberapa kebohongan yang selama ini dilakukan industri rokok di Indonesia.
“Kebohongan tersebut kurang mendapat perhatian khusus dari masyarakat Indonesia sebagai konsumen rokok,” kata Herry saat konpers di Warung Kopi Sruput, Jalan Kemang Raya 88, Jakarta Selatan, Kamis (08/10/2015).
Salah satu kebohongan yang dilakukan industri rokok, kata Herry, terkait jumlah pekerja atau petani tembakau di Indonesia. Di mana, para industri rokok selalu menyebutkan bahwa jumlah petani tembakau di Indonesia ada sekitar dua juta orang.
Pernyataan itu, selalu digunakan industri rokok sebagai tameng agar usaha mereka tidak ditekan atau diatur pemerintah. Bahkan pelaku industri rokok selalu berdalih jika produksi rokok ditekan maka, akan membuat dua juta orang itu kehilangan pekerjaannya.
“Padahal petani tembakau yang saat ini ada di Indonesia berjumlah 500 ribu saja. Angka tersebut berjumlah satu per empat dari data yang dipunyai industri rokok. Bahkan berdasarkan data tahun 2013 jumlah pekerja rokok dan petani tembakau di Indonesia berkisar 280 ribu orang,” ungkap Herry.
Lebih lanjut, Herry menuturkan bahwa bahan pembuatan rokok di tanah air semuanya hasil impor dari luar negeri. Maka, menurutnya, para petani saat ini banyak yang berhenti memanen tembakau.
Herry juga mengugkapkan kebohongan lainnya yang ditunjukkan industri rokok yaitu soal nasionalisme dalam menjalankan produksi rokok. Di mana industri rokok selalu mengklaim bahwa mereka merupakan industri yang menjunjung tinggi rasa nasionalisme.
Industri rokok juga selalu menegaskan bahwa sahamnya 100 persen milik lokal. Mereka justru menuding orang-orang yang menentang industri rokok sebagai antek dari perusahaan asing yang mau masuk ke Indonesia dan ironisnya publik malah mempercayai hal tersebut
Padahal, menurut Herry, 80 persen pasar industri rokok Indonesia saat ini telah dikuasai asing. Sebagaimana diketahui Sampoerna sudah dikuasai Philip Morris, Gudang Garam dibeli Jepang, Djarum pun sudah dibeli Japan Tobacoo dan sebagainya.
“Saat ini kita dalam masalah penjajahan rokok oleh industri asing,” tandasnya prihatin.*