Hidayatullah.com–Dakwah merupakan suatu perbuatan mengajak manusia kepada jalan Allah Subhanahu Wata’ala dengan cara yang baik dan penuh kesantunan (bil hikmah walmauizatil hasanah).
Karenanya, sikap kasar, kata-kata caci-maki dan penuh kesombongan serta merasa dirinya yang paling benar dalam penyampaian dakwah justru akan membawa dampak buruk bagi keberhasilan dakwah itu sendiri.
“Dakwah adalah sebuah pekerjaan penuh kesantunan dan keteladanan. Tentunya menjadi sangat jika ada dai dalam menyampaikan dakwahnya dengan cara kasar dan caci maki dengan kata-kata tidak pantas sehingga terkesan dai itu tidak berakhlak,” ujar Teuku Azhar Ibrahim Lc, Pimpinan Dayah Baitul Arqam Sibreh, Aceh Besar saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak Jeulingke, Rabu (09/12/2015) malam.
Dalam pengajian yang dimoderatori Tgk. Tarmizi A. Hamid dengan mengangkat tema, “Dinamika Dakwah dan Tantangannya” Azhar menambahkan, berdakwah dengan cara yang kasar, merupakan bentuk bunuh-diri dan hanya membantu orang lain menjelekkan Islam.
Teuku Azhar Ibrahim mengutip salah satu surat Ali Imran: 159 yang artinya, “Maka disebabkan kasih sayang Allah lah engkau berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka berpaling dari sekelilingmu.”
“Kita ceramah dan berdakwah sampai berbuih mulut, tapi jika perilaku menyimpang maka tak ada hasil apa-ýapa. Berdakwah dengan hikmah dan mauizatil hasanah dan berbicara bagus, tapi perilaku dai buruk juga tidak bisa diharapkan manfaatnya,” sebutnya.
Teuku Azhar Ibrahim juga membeberkan keberhasilan capaian keberhasilan dakwah di Sydney. Menurutnya, keberhasilan dakwah di Negara Kangguru itu, bukanlah disebabkan dengan ceramah semata, tapi lebih banyak lewat akhlak dan prilaku hidup seorang seorang Muslim sesuai ajaran Islam.
“Setiap Muslim adalah dai yang bertugas menyampaikan kebenaran ýajaran Islam kepada orang-orang non Muslim. Cara paling efektif adalah, tunjukkan akhlak dan prilaku Islam sehari-hari dari diri seorang Muslim. Kita umat Islam harus menjadi iklan keteladanan dalam agama kita. Inilah yang menjadi kunci sukses dakwah di Australia, dengan akhlak kita yang baik, maka tiap hari banyak orang di sana yang masuk Islam,” ungkap alumni Timur-Tengah ini.
Untuk itu, ia juga berharap, agar metode dakwah di Aceh kepada orang Islam itu sendiri, harus mengutamakan keteladanan, akhlak dan prilaku Muslim sesuai ajaran agama Islam.
“Menjadi dai itu adalah sebuah pekerjaan yang tidak akan pernah ada habis-habisnya. Jangan pernah berharap jadi orang kaya dalam dakwah, tapi persiapkan diri dengan berbagai banyak masalah yang akan muncul. Jika seorang dai menjadikan dakwah sumber kehidupan akan timbul masalah, karena bisa menyembunyikan kebenaran dakwah. Kegiatan dakwah jangan jadi drama dan dai jangan jadi tukang lawak,” pesannya.*/Zulkhairi (Aceh)