Hidayatullah.com- Pengasuh Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur, KH. Salahuddin Wahid mengatakan bahwa Radikalisme itu harus terus diwaspadai keberadaannya.
“Seberapa kecil pun Radikalisme harus tetap diwaspadai sebab kita tidak ingin terjadi konflik apalagi konflik fisik,” ujar lelaki yang akrab disapa Gus Solah kepada hidayatullah.com, di Gedung Pusat Pengembangan Islam Bogor (PPIB) Kota Bogor, belum lama ini.
Menurut Gus Solah yang dicirikan radikalisme di Indonesia memiliki selalui dikaitkan, pertama, menginginkan hukum Islam diberlakukan di Indonesia secara total agar menjadi negara Islam atau negara yang berdasarkan Islam (khilafah Islamiyah,red).
Kedua, lanjut Gus Solah, yakni mereka mendasarkan diri kepada praktek keagamaan pada zaman Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Ketiga, mereka condong memusuhi hal-hal yang berbau dengan kebaratan seperti modernisasi maupun sekulerisasi. Dan keempat, mereka menolak adanya liberalisme Islam.
“Ya, sebagai pendapat saya, tentunya keempat ciri itu tidak masalah asalkan tidak akan menimbulkan suatu konflik. Berbeda pemikiran, itu saya rasa hal yang biasa,”
Karena itu, Gus Solah berharap supaya perbedaan pendapat (pemikiran,red) seperti harus disikapi dengan baik dan saling memahami perbedaan tersebut. Namanya perbedaan itu, menurutnya, sesuatu yang memang berbeda dan tidak bisa disatukan.
“Berbeda itu ya udah, memang adanya berbeda gitu. Itu saya pikir yang harus disampaikan ke kawan-kawan,” kata Gus Solah.
Lebih lanjut, kata Gus Solah, jika untuk berpikir radikal itu nggak masalah. Tapi kalau kemudian menjadi mahdzab dan bahkan berubah menjadi tindakan-tindakan, menurutnya, itu yang sangat berbahaya.*