Hidayatullah.com – Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro mengaku heran dengan sikap partai politik yang mendukung calon kepala daerah yang maju dari jalur perseorangan pada pilkada serentak 2017 mendatang.
Menurutnya, sikap tersebut mengaburkan makna parpol sebagai pilar demokrasi dan sumber rekrutmen kader.
“Menurut saya memang aneh, kalau sudah mendeklarasikan calon perseorangan, seharusnya tidak ada partai yang mendekat,” ungkapnya saat diskusi publik “Jalur Perseorangan: Penguatan Demokrasi atau Deparpolisasi” di MMD Initiative, Jakarta, Rabu (30/03/2016).
“Lebih aneh lagi kalau calonnya menerima, lho kok menerima berarti nunggu dong,” tambah Zuhro.
Ia juga menjelaskan, sulit memosisikan parpol dalam dukungan kepada calon perseorangan, apakah disana sebagai pembonceng atau tidak. Padahal, kata dia, semestinya parpol justru menyiapkan kader yang berkualitas.
“Kalau ternyata membonceng, apalagi jika dia petahana bagus, itu tidak boleh,” imbuhnya.
Menurut Zuhro, sikap seperti itulah yang sebenarnya adalah deparpolisasi. Hal ini karena tidak ada dukungan parpol terhadap calon perseorangan dan tidak sesuai dengan konstitusi.
Walaupun, secara pribadi, dirinya dalam kasus pilkada saat ini setuju dengan calon perseorangan, guna memberikan efek untuk partai melakukan introspeksi.
“Namun pada saatnya independen tidak akan laku, di negara mana pun independen tidak menang. Tapi tidak apa-apa, ini hanya untuk sesaat,” pungkasnya.*