Hidayatullah.com– Bertempat di Aula FEB Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jawa Tengah, Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) menutup gelaran Seminar Indonesia Cerdas Bermoral, belum lama ini.
Ketua Puskomda FSLDK Solo Raya, Alfi Suryani Yusuf menuturkan, salah satu fokus utama dalam isu moral yang dibahas pada seminar itu yakni tentang persoalan lesbian, homoseksual, biseksual, dan transgender (LGBT).
Menurutnya, perkara moral terutama penanganan suspect (orang yang mengidap gejala) LGBT harus dimulai dari sekarang. Jika tidak, bukan tak mungkin 20 tahun ke depan, bangsa Indonesia akan kesulitan mengatasi hal itu.
“Untuk itulah kita ada sebagai komunitas yang pro-moral, agama, dan Pancasila. Pada seminar inilah, masalah tersebut akan dikaji dari sisi ilmiah dan akademis,” ujar Alfi dalam keterangannya kepada hidayatullah.com.
Hadir sebagai pembicara dalam seminar itu, dr. Djoko Soewito, Sp. Kj (Ketua KSM Psikiatri RSUD dr. Moewardi Surakarta), Dr. Bagus Riyono (Ketua Dewan Pakar Asosiasi Psikologi Islam), dan Maneger Nasution (anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia).
Di akhir acara, Ketua FSLDK Indonesia, Muhammad Syukri Kurnia, membacakan pernyataan sikap FSLDK atas kemorosotan moral yang terjadi di Indonesia. Pernyataan itu mewakili 37 FSLDK di daerah yang menaungi 775 kampus se-Indonesia.
Dalam pernyataannya, FSLDK berkomitmen untuk menjunjung kebebasan yang bertanggung jawab di kampus dan masyarakat sesuai dengan nilai keislaman dan Pancasila.
FSLDK pun menentang segala paham, perilaku, dan gaya hidup yang bertentangan dengan nilai Islam dan Pancasila.
Selain itu, FSLDK Indonesia juga memperkenalkan Komunitas Sendal-Sepasang yang menjadi tindak lanjut dari rangkaian Seminar Indonesia Cerdas Bermoral di 20 daerah se-Indonesia itu.
Ketua Komisi B FSLDK Indonesia, Aristiawan memaparkan, Komunitas Sendal-Sepasang berfokus pada pengarahan suspect LGBT yang mempertanyakan identitas dirinya.
Hal tersebut, terangnya, dilakukan untuk mencegah “calon LGBT” dari kelompok pro-LGBT.
“Komunitas tersebut akan menghubungkan mereka kepada lembaga konseling agar disorientasi seksual tersebut dapat disembuhkan dan kembali kepada fitrahnya sebagai lelaki atau perempuan,” pungkasnya.*