Hidayatullah.com– Sekretaris Jenderal PBNU, Helmy Faishal Zaini menjelaskan, PBNU tidak mempermasalahkan cara keberagamaan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Yang menurutnya jadi masalah, misi politik HTI yang disebutnya ingin mengubah dasar ideologi negara Indonesia dengan khilafah. Hal ini menurutnya dapat menabrak hakikat keberagaman di Indonesia.
Menurutnya, hubungan negara dan agama yang relevan di Indonesia menggunakan paradigma simbiotik. Yakni meletakkan hubungan keduanya secara harmoni dan berkesesuaian.
“Maka kalau kita punya dasar negara Pancasila itu luar biasa, berkesesuaian dengan agama,” ujarnya dalam Halaqah Kebangsaan NU dan Muhammadiyah bertemakan “Negara Pancasila dan Khilafah” di Perpustakaan PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (19/05/2017).
Dia kemudian menyocokkan satu persatu sila Pancasila dengan Islam. Pertama, katanya, sila kesatu Pancasila sesuai dengan makna ayat pertama Surat Al-Ikhlas.
Baca: Terkait Pembubaran HTI, Muhammadiyah: Langkah Pemerintah Harus Konstitusional
Lalu sila kedua, Keadaban. Dalam hadits, jelasnya, Nabi Muhammad turun ke bumi ini untuk menyempurnakan akhlak.
Sila ketiga, Persatuan Indonesia. Dia membacakan salah satu potongan ayat al-Qur’an: “wa’tashimu bihablillahi jami’a wala tafarraqu” (berpegang teguhlah kamu pada agama Allah dan janganlah kamu berpecah belah. Red).
Sila keempat, Kepemimpinan yang Merakyat. Ada kaidah fiqih dalam NU, katanya, bahwa kebijakan seorang pemimpin harus terkait langsung dengan kemaslahatan yang dipimpinnya.
Baca: MUI Tegaskan, Ormas Islam HTI Tidak Sesat atau Menyimpang
Dan sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Dia membacakan salah satu ayat al-Qur’an yang artinya, Berlaku adillah kepada dirimu sendiri, keluargamu, kerabatmu, dan baru orang lain.
“Jadi Pancasila ini menurut saya, Islami, qurani, rabbani,” simpulnya.* Andi